Oleh Cecilia Paz*

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio ingin menghentikan tentara medis internasional Kuba, yang telah menyediakan layanan kesehatan penting bagi jutaan orang di seluruh dunia. Pada tanggal 25 Februari, Rubio membatasi visa bagi siapa pun yang terlibat dalam misi medis luar negeri Kuba. Mereka yang dibatasi termasuk dokter, keluarga mereka, dan pejabat asing yang bekerja dengan dokter Kuba.
Rubio mengklaim bahwa misi medis tersebut—yang menyediakan layanan kesehatan penting bagi jutaan orang di seluruh Dunia Selatan—sebenarnya merupakan “kerja paksa” yang terselubung. Pada tanggal 7 April, anggota Kongres dari Florida, Carlos Gimenez, melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) harus menjatuhkan sanksi kepada pemerintah asing yang telah mengambil keuntungan dari misi medis Kuba. Eskalasi agresi AS terhadap Kuba ini merupakan ancaman bagi kesehatan internasional, dan telah dikecam oleh berbagai pemerintah asing.
Sejarah internasionalisme medis Kuba
Misi medis Kuba merupakan kehormatan tertinggi dalam komitmen mereka terhadap internasionalisme sosialis. Setelah revolusi sosialis pada tahun 1959, pemerintah Kuba segera mulai melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pendidikan dan penelitian ilmiah. Sejak saat itu, Kuba memiliki layanan kesehatan universal gratis, sekolah kedokteran gratis, serta penelitian medis dan bioteknologi yang sepenuhnya didanai oleh pemerintah. Saat ini, mereka memiliki jumlah dokter per kapita tertinggi di dunia. Meskipun sanksi AS yang melumpuhkan melarang akses terhadap obat-obatan dan peralatan yang dibutuhkan, Kuba memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi dan tingkat kematian bayi yang lebih rendah daripada AS. Dan sejak tahun-tahun awal pembangunan sosialis, Kuba tidak membatasi hasil revolusi hanya untuk dirinya sendiri, melainkan membaginya dengan dunia.
Hanya empat tahun setelah revolusi, Kuba mengirim misi medis pertamanya ke Aljazair. Setelah Aljazair meraih kemerdekaan dari penjajah Prancis, negara ini mengalami krisis kesehatan. Sebuah tim yang terdiri dari 54 petugas kesehatan Kuba secara sukarela membantu mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh kepergian para dokter Prancis. Dalam beberapa dekade sejak itu, Kuba telah mengirimkan lebih dari 600.000 tenaga kesehatan profesional ke lebih dari 160 negara. Ini termasuk pengiriman darurat jangka pendek setelah bencana alam, kampanye vaksinasi, dan masa tinggal yang diperpanjang untuk membantu mengisi kesenjangan perawatan kesehatan sistemik.
Setelah Badai Katrina pada tahun 2005, Kuba menawarkan untuk mengirimkan lebih dari 1.500 dokter dan 36 ton obat-obatan ke AS. Pemerintahan Bush tidak hanya membiarkan hampir 1.400 orang Amerika meninggal karena respons bencana yang tidak memadai, tetapi mereka juga menolak tawaran solidaritas dari Kuba. Menentang agresi AS dan demi kepentingan dunia, Kuba kemudian menggandakan internasionalisme medisnya setelah Katrina. Castro menamai misi medis tersebut sebagai “Kontingen Dokter Internasional Henry Reeves yang Berspesialisasi dalam Bencana dan Epidemi Serius.” Henry Reeves adalah seorang tentara Amerika yang bertempur dalam perang kemerdekaan Kuba yang pertama pada tahun 1876. Tak lama setelah Katrina, Kuba mengirim 27 brigade ke 19 negara.
Brigade Henry Reeves berfokus pada komunitas yang kurang terlayani dan membangun solidaritas di antara orang-orang yang terkena dampak imperialisme. Setelah gempa bumi 2010 di Haiti dan epidemi Ebola 2013 di Afrika Barat, para dokter Kuba menjadi penanggap pertama. Mulai tahun 2013, Kuba mengirim 8.500 dokter ke Brasil untuk memberikan layanan kesehatan gratis kepada masyarakat adat di pedesaan. Sebagian besar berkat program ini, angka kematian anak turun hingga 10% di beberapa bagian pedesaan Brasil. Ketika presiden sayap kanan Jair Bolsonaro berkuasa pada tahun 2018, ia mengusir dokter-dokter Kuba, yang mana hal itu mengancam layanan kesehatan bagi 28 juta orang.
Selama pandemi COVID-19, puluhan negara meminta dukungan Kuba. Pada September 2020, Kuba mengirim lebih dari 4.000 dokter ke 40 negara. Di negara-negara miskin seperti Haiti, Jamaika, dan Togo, bantuan Kuba membantu membentuk tanggung jawab nasional untuk merespon COVID. Sementara AS menimbun vaksin dan kekayaan intelektual, Kuba memproduksi lima vaksin dan membagikannya kepada negara-negara yang kekurangan sumber daya dan terkena sanksi AS. Di dalam negeri, Kuba memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah dan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi daripada AS.
Banyak negara yang menerima dokter Kuba membayar dokter dan pemerintah Kuba. Blokade AS yang melumpuhkan mencegah Kuba mengakses bank asing atau berdagang dengan negara mana pun yang berdagang dengan AS, yang berarti bahwa Brigade Henry Reeves adalah satu-satunya cara bagi Kuba untuk mengakses modal asing yang sangat dibutuhkan. Kuba juga menukar layanan medis dengan barang, misalnya, Venezuela menukar minyak bersubsidi. Pendapatan dari brigade medis Kuba diinvestasikan kembali ke dalam sistem perawatan kesehatan dan layanan publik lainnya.
Namun, Kuba terus mengirimkan brigade gratis ke negara-negara yang membutuhkan, dan juga merawat pasien asing di rumah sakit Kuba. Pada tahun 2004, mereka meluncurkan program yang disebut “Operación Milagro” (Operasi Mu’jizat) dalam kemitraan dengan Venezuela sosialis yang telah menyediakan jutaan operasi mata gratis untuk orang-orang dengan kebutaan yang dapat disembuhkan. Kuba juga menerima mahasiswa kedokteran asing untuk belajar secara gratis di sekolah kedokteran Kuba yang terkenal, termasuk mahasiswa dari AS.
Mengingat komitmen Kuba yang luas terhadap kesehatan global, tidak mengherankan jika puluhan negara – termasuk banyak sekutu AS – telah membela Kuba sejak Februari. Para pemimpin St Vincent dan Grenadines dan Jamaika baru-baru ini menekankan pentingnya brigade medis Kuba bagi negara mereka dan membantah tuduhan “kerja paksa” dan “perdagangan manusia”.
Setiap tuduhan adalah pengakuan
Klaim Rubio bahwa para dokter Kuba menjadi korban “kerja paksa” sama sekali tidak berdasar. Program ini sepenuhnya bersifat sukarela. Sistem pendidikan sosialis Kuba menekankan kasih sayang dan kepedulian kolektif, dan setelah menerima pelatihan medis gratis, banyak warga Kuba yang terinspirasi untuk melanjutkan warisan internasionalisme negara mereka. Para dokter Kuba sebenarnya menghasilkan lebih banyak uang di luar negeri daripada di Kuba, yang dapat mereka gunakan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga mereka. Fakta bahwa pemerintah Kuba juga dibayar untuk misi-misi tersebut merupakan bonus tambahan, karena hal ini memastikan bahwa Kuba dapat terus memperkuat sistem perawatan kesehatan dan layanan lainnya bagi masyarakat.
Faktanya, banyak klaim Rubio tentang Kuba yang lebih tepat menggambarkan layanan kesehatan di AS. Rubio menyatakan bahwa misi medis Kuba “membuat warga Kuba tidak mendapatkan perawatan medis yang sangat mereka butuhkan di negara mereka sendiri.” Sebenarnya, 100% warga Kuba menerima layanan kesehatan gratis karena hal itu dianggap sebagai hak asasi manusia di bawah sistem sosialis. Sebaliknya, 45% orang Amerika berjuang untuk mendapatkan layanan kesehatan. Ini karena di bawah kapitalisme AS, perusahaan asuransi swasta, perusahaan rumah sakit, dan Big Pharma diizinkan untuk menghasilkan keuntungan triliunan dolar dengan menjual layanan kesehatan sebagai komoditas. Faktanya, dua pertiga orang yang menyatakan kebangkrutan di AS mengutip tagihan medis sebagai penyebab utama.
Rubio sendiri adalah pendukung setia langkah Trump untuk memprivatisasi Medicare, memecat ribuan pekerja kesehatan Masyarakat, dan memangkas Medicaid sebesar $880 miliar, kebijakan-kebijakan yang akan membuat puluhan juta orang Amerika tidak mendapatkan layanan kesehatan atas nama pengurangan pengeluaran pemerintah. Namun, Kuba menghabiskan sekitar sepersepuluh dari apa yang dilakukan AS per orang untuk perawatan kesehatan dan memiliki hasil yang lebih baik. Mereka mampu menghemat uang dan sumber daya dengan berfokus pada perawatan pencegahan. “Poliklinik” berbasis lingkungan menawarkan perawatan primer dan layanan diagnostik, dan dokter juga melakukan kunjungan ke rumah. Para dokter terintegrasi secara erat ke dalam komunitas tempat mereka bekerja dan memprioritaskan menumbuhkan kepercayaan dengan pasien mereka. Sebaliknya, sistem perawatan kesehatan di Amerika tidak efisien, impersonal, dan mengabaikan perawatan pencegahan, yang menyebabkan ketidakpercayaan yang merajalela terhadap para profesional medis.
Akhiri blokade!
Satu-satunya hal yang membuat rakyat Kuba tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan adalah blokade AS yang tidak manusiawi. Karena pembatasan perdagangan AS yang mencakup semua, Kuba tidak dapat mengimpor pasokan medis seperti jarum suntik, alat pacu jantung, dan obat-obatan dasar. Paten dan pembatasan ekspor mengharuskan Kuba untuk mengembangkan obat-obatan mereka sendiri. Selain obat-obatan, blokade ini juga menghalangi warga Kuba untuk mengakses kebutuhan dasar seperti makanan impor, bahan bakar, dan bahan bangunan. Negara ini sering mengalami pemadaman listrik secara nasional karena mereka tidak dapat memperbaiki jaringan listrik. AS telah menjatuhkan sanksi berat terhadap Kuba sejak revolusi sosialis, dan kebijakan Trump semakin mencekik.
Mengakhiri blokade AS terhadap Kuba adalah masalah hidup atau mati, tidak hanya bagi warga Kuba, tetapi juga bagi orang-orang yang mendapat manfaat dari dokter-dokter Kuba di seluruh dunia. Rakyat kelas pekerja di AS [dan di mana pun] harus berdiri bersama rakyat Kuba melawan agresi imperialis dan perang ekonomi di dalam negeri.