Perjamuan Buku (PB) berupaya memberikan buku-buku pilihan sebagai bacaan alternatif. Di antaranya direkomendasikan oleh para tokoh, orang-orang terdekat, hingga pembaca Perjamuan Buku (paperbuk) atau pun pembaca umum.
Ini adalah panduan untuk kamu dan kawan-kawanmu memilih buku bacaan.
Sebelum ke sana, saya ingin berbagi pengetahuan sejarah denganmu. Tahukah kamu tentang “Likbez”? Yakni proyek dan kampanye pendidikan politik dari Uni Soviet yang bertujuan untuk menghapus buta huruf dan menghilangkan illiteracy di negara pekerja tersebut. Libez sendiri merupakan singkatan dari “likvidatsiya bezgramotnosti” (ликвида́ция безгра́мотности) yang berarti “likuidasi/penghapusan buta huruf”.
Di tengah rendahnya tingkat melek huruf, yang merupakan sisa-sisa kebangkrutan dari rezim Tsar, Uni Soviet menghadapkan wajahnya ke kaum perempuan yang dianggap memiliki potensi tertinggi untuk bersama memajukan dan “memodernisasi” masyarakat Soviet. Sejak pertama dideklarasikan pada Januari 1919, Likbez memiliki target 100% melek huruf bagi para pekerja di tahun 1923. Kampanye sastra juga dilakukan karena mereka percaya bahwa sastra adalah cara yang mudah untuk mentrasformasikan pengetahuan, ide-ide dan menghidupkan pikiran masyarakat. Sementara itu, berbagai pendidikan untuk perempuan petani dilakukan di desa-desa. Selain untuk meningkatkan literasi, juga untuk menghancurkan budaya pratiarki di masyarakat pedesaan. Di Azerbaijan, yang merupakan bagian Uni Soviet, kampanye literasi perempuan sebagian besar dilakukan oleh anggota Klub Ali Bayramov, sebuah organisasi perempuan yang didirikan oleh perempuan Azeri (suku Azerbaijan) di Baku pada tahun 1920. Untuk lebih memperluas jangkauan mereka ke komunitas petani, mereka membangun ruang baca di desa-desa di negeri pekerja tersebut.~
Secuil tentang edukasi dan literasi ini (Likbez), lebih lanjut bisa kamu baca melalui sumber terkurasi berikut:
- Education & Literacy, Poster Plakat
- Charles E. Clark, “Literacy And Labour: The Russian Literacy Campaign within the Trade Unions, 1923-27,” Europe-Asia Studies 47, no. 8 (1995), 1327–41, https://doi.org/10.1080/09668139508412323.
- “Liquidation of Illiteracy,” January 29, 1919 at Seventeen Moments of Soviet History, http://soviethistory.msu.edu/1917-2/raising-socialist-youth/raising-socialist-youth-texts/liquidation-of-illiteracy/
- Charles E. Clark, Uprooting Otherness: The Literacy Campaign in NEP–Era Russia (Selinsgrove, Pa.: Susquehanna University Press, 2000).
- Ben Eklof, Russian Peasant Schools: Officialdom, Village Culture, and Popular Pedagogy, 1861–1914 (Berkeley: University of California Press, 1986).
- Lenore Grenoble, Language Policy in the Soviet Union (Boston: Kluwer Academic Publishers, 2003).
- Peter Kenez, The Birth of the Propaganda State: Soviet Methods of Mass Mobilization, 1917-1929 (Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1985).
***
Dan berikut, adalah buku-buku bacaan bagian pertama untuk kamu dan kawan-kawanmu:
- 4% off!
Seorang profesor sastra di Universitas Cambridge, Inggris, tewas ditabrak mobil saat sedang membaca buku. Rekannya mendapati sebuah buku aneh dikirim ke alamatnya tanpa sempat ia terima: sebuah terjemahan berbahasa Spanyol dari karya Joseph Conrad yang dipenuhi serpihan-serpihan semen kering dan dikirim dengan cap pos Uruguay. Penyelidikan tentang asal usul buku aneh itu membawanya (dan membawa pembaca) memasuki semesta para pecinta buku, dengan berbagai ragam keunikan dan kegilaannya!
Review
Kisah tak terlupakan tentang dunia sastra, perpustakaan, dan kecintaan akan buku. Sebuah novel untuk dibaca ulang berkali-kali.
— Critiques Libres
Buku tipis yang bisa menghantui pembaca jauh sesudah ditutup.
— New York Times
Memang, sejak saat itu hidup saya banyak berubah. Prioritas hidup saya berganti. Ada banyak hal yang harus saya pikirkan dan rancang ulang. Selanjutnya, saat bulan Agustus berganti jadi September 2019, status saya pun kontan berganti. Saya beralih dari status pegawai kantoran menjadi pengurus domestik di rumah. Ada hal-hal yang tak bisa saya dapat lagi seperti sebelumnya. Saya tak bisa lagi leluasa bertemu kawan dan kenalan di luar rumah kapanpun saya mau. Buku ini merupakan kumpulan surat untuk anak dari seorang ayah yang memilih tinggal di rumah dan mengambil wilayah domestik dengan penuh sadar.
- 5% off!
Oliver Twist mengisahkan orang-orang yang babak belur dihajar kemiskinan. Charles Dickens menulis novel ini pada abad ke-19 sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan pemerintah yang kurang peka terhadap kaum miskin di Inggris kala itu. Hingga saat ini kisah bocah Oliver terus menghantui rasa kemanusiaan kita. Novel ini ibarat pengingat betapa kita semua memiliki tanggung jawab sosial untuk mencegah terjadinya hal-hal memilukan akibat kemiskinan.
Cerita ini bermula dari Oliver yang mengikuti nalurinya mencari kehidupan yang lebih baik. Kerasnya kehidupan di panti asuhan memaksanya lari ke jalan. Namun, kehidupan di jalan tak kalah jahanam. Dia terjebak menjadi kaki tangan sindikat penjahat yang tak kenal ampun. Bocah polos ini terpaksa mencopet demi bertahan hidup.
Kisah Oliver Twist dan orang-orang di sekelilingnya menunjukkan seberapa kuat seorang manusia bertahan di tengah kesulitan hidup. Dan, apakah hati nurani dapat benar-benar mati di tengah impitan keadaan?
SUNGU LEMBU menjalani hidup membawa dendam. Raden Mandasia menjalani hari-hari memikirkan penyelamatan Kerajaan Gilingwesi. Keduanya bertemu di rumah dadu Nyai Manggis di Kelapa. Sungu Lembu mengerti bahwa Raden Mandasia yang memiliki kegemaran ganjil mencuri daging sapi adalah pembuka jalan bagi rencananya. Maka, ia pun menyanggupi ketika Raden Mandasia mengajaknya menempuh perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung.
Berdua, mereka tergulung dalam pengalaman-pengalaman mendebarkan: bertarung melawan lanun di lautan, ikut menyelamatkan pembawa wahyu, bertemu dengan juru masak menyebalkan dan hartawan dengan selera makan yang menakjubkan, singgah di desa penghasil kain celup yang melarang penyebutan warna, berlomba melawan maut di gurun, mengenakan kulit sida-sida, mencari cara menjumpai Putri Tabassum Sang Permata Gerbang Agung yang konon tak pernah berkaca—cermin-cermin di istananya bakal langsung pecah berkeping-keping karena tak sanggup menahan kecantikannya, dan akhirnya terlibat dalam perang besar yang menghadirkan hujan mayat belasan ribu dari langit.
***
Meminjam berbagai khazanah cerita dari masa-masa yang berlainan, Yusi Avianto Pareanom menyuguhkan dongeng kontemporer yang memantik tawa, tangis, dan maki makian Anda dalam waktu berdekatan—mungkin bersamaan.