Description
“Apakah yang saya tanam ini tidak benar, sehingga buahnya teramat pahit dan getir?”
Awal Uzhara berangkat ke Moskow pada tahun 1958 untuk belajar di institut sinematografi tertua di dunia. Terbayang dengan begitu jelas di pikiran Uzhara: selesai studi di Uni Soviet, ia akan pulang dan membagikan ilmu perfilmannya di tanah air. Namun apa daya, pergolakan politik 1965-66 membuatnya tidak bisa kembali. Paspornya dicabut dan Awal Uzhara menggelandang di negeri orang selama hampir enam puluh tahun. Meski tidak bisa pulang, kerinduannya pada Indonesia tidak pernah sirna. Di sana, Uzhara mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia pada mahasiswa-mahasiswi Rusia sambil menyimpan rasa pahit dan getir. Buku ini merupakan catatan perjalanan hidup Awal Uzhara yang ditulis oleh Syarif Maulana saat Awal Uzhara berhasil pulang ke Indonesia tahun 2012. Sebelum meninggal dunia tahun 2017, Uzhara menitip pesan agar kisah hidupnya diketahui banyak orang sehingga tidak lagi terulang: hancurnya mimpi anak manusia oleh sebuah rezim.
Inilah cerita salah satu di antara mereka yang terhalang pulang. Awal Uzhara ke Moskow pada tahun 1958 untuk belajar ilmu perfilman pada salah satu institut yang paling terkenal di dunia. Gambaran sang seniman dan pengajar perfilman yang juga sempat mengajar bahasa Indonesia ini menyentuh di hati kita. Antara lain, karena dia tetap bertekad untuk berbuat yang terbaik bagi bangsanya, walaupun diperlakukan dengan sangat tidak adil dan sewenang-wenang selama puluhan tahun. Awal Uzhara sebagai tokoh dan Syarif Maulana sebagai perekam ceritanya, sangat memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah para eksil Indonesia yang masih jarang dibahas namun sangat perlu diketahui masyarakat umum. Kalau Indonesia akan membuka tabir yang menutup-nutupi sejarahnya yang sebenarnya, perlu lebih banyak lagi usaha seperti ini untuk memberi suara kepada mereka yang terbungkamkan.
—Emeritus Professor David T. Hill
Universitas Murdoch, Australia Barat
Di Rusia, ia mengajari para mahasiswa Rusia untuk memahami sastra klasik Indonesia. Sebaliknya ketika di Indonesia, ia mengajarkan kepada para mahasiswa Indonesia untuk memahami dan merasakan lebih dalam tentang Rusia melalui karya sastra dan film.
—Anna Shaposhnikova
Wakil Direktur Pusat Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Rusia, Jakarta