Description
Penulis buku ini termasuk seorang tapol yang mujur dalam arti memiliki kesempatan menulis buku harian selama beberapa tahun (1966—1971). Ketika itu ia bersama ratusan tapol lain dijadikan romusa modern melakukan kerja rodi di daerah Banten dalam proyek Angkatan Darat yang disebut “Operasi Bhakti Siliwangi”. Kesempatan menulis buku harian merupakan barang langka, bahkan suatu kemewahan bagi seorang tapol G30S.
—Harsutejo
Bagi saya, catatan harian, kenangan dalam berbagai bentuk ekspresi yang ditulis para tapol—atau korban kekerasan negara pada umumnya—adalah upaya merebut kembali kemanusiaan yang dirampas oleh penguasa. Dengan menceritakan perjalanan hidup mereka yang kaya dan penuh warna, para tapol memberi wajah dan kehidupan pada ‘nomor baju’ yang kemudian mengikat dan menentukan hidup mereka. Lebih dari itu, mereka juga menceritakan dunia lain yang ikut dihancurkan saat kekuasaan militer merampas kebebasan mereka.
—Hilmar Farid