Perempuan Soviet — Warga Negara Penuh dan Setara di Negaranya

Long live women of the USSR who have equal rights-B. Berezovsky
Long live women of the USSR who have equal rights
B. Berezovsky

Adalah fakta yang terkenal bahwa Uni Soviet telah mencapai keberhasilan luar biasa dalam menarik perempuan ke dalam pembangunan aktif negara. Kebenaran yang diterima secara umum ini bahkan tidak disangkal oleh musuh kita. Perempuan Soviet adalah warga negara penuh dan setara di negaranya. Dalam membuka akses kepada perempuan untuk setiap bidang kegiatan kreatif, negara kita secara simultan memastikan semua persyaratan yang diperlukan baginya untuk memenuhi kewajiban alaminya— yaitu menjadi seorang nyonya (ibu rumah tangga) [teks inggris: mistress] dan membesarkan anak-anaknya di rumah.

Sejak awal, hukum Soviet mengakui bahwa menjadi ibu bukanlah urusan pribadi, tetapi tugas sosial warga negara yang aktif dan setara. Proposisi ini diabadikan dalam Konstitusi. Uni Soviet telah memecahkan salah satu masalah yang paling penting dan paling kompleks bagaimana memanfaatkan tenaga kerja perempuan secara aktif di bidang apa pun tanpa menghilangkan keibuannya (perannya sebagai ibu).

Perhatian besar telah diberikan kepada organisasi kantin publik, taman kanak-kanak, kamp-kamp Pionir Muda, taman bermain dan penitipan bayi – lembaga-lembaga yang, sebagaimana ditulis Lenin, memfasilitasi dalam praktik emansipasi perempuan dan, dalam praktiknya, dapat mengurangi ketidaksetaraan perempuan vis-a-vis laki-laki. Lebih dari tujuh ribu pusat konsultasi perempuan dan anak-anak telah didirikan di Uni Soviet, yang separuhnya berada di daerah pedesaan. Lebih dari 20 ribu fasilitas penitipan bayi [creches] telah diatur. Hal itu menjadi poin penting di sini mengingat bahwa di Rusia Tsar pada tahun 1913 hanya ada 19 crech dan 25 taman kanak-kanak, dan bahkan mereka tidak dikelola oleh negara, tetapi oleh organisasi filantropi.

Negara Soviet memberikan dan meningkatkan bantuan materi kepada para ibu. Perempuan menerima tunjangan dan cuti berbayar sebelum dan setelah kelahiran anak dan, jabatan mereka tetap terbuka baginya sampai mereka kembali dari cuti.

Keluarga besar dan orang tua tunggal menerima tunjangan negara untuk membantu mereka menyediakan dan membesarkan anak-anak mereka. Pada tahun 1945 negara membayar lebih dari dua ribu juta rubel dalam bentuk tunjangan. Di RSFSR saja, gelar “Mother-Heroine” telah diberikan kepada lebih dari 10 ribu perempuan, sedangkan “Maternal Glory” dan “Medal of Motherhood” telah diberikan kepada 1.100 ribu perempuan.

Perempuan Soviet telah menjustifikasi kepercayaan dan kepedulian yang ditunjukkan kepada mereka oleh negara. Mereka telah menunjukkan tingkat kepahlawanan yang tinggi dalam bekerja, baik dalam masa damai, kerja kreatif sebelum perang, selama tahun-tahun pertempuran bersenjata melawan penjajah nazi, dan sekarang, dalam upaya untuk memenuhi tugas-tugas monumental yang ditetapkan oleh rencana lima tahun yang baru. Banyak cabang industri yang didominasi tenaga kerja perempuan di mana mereka termasuk yang pertama dalam memenuhi rencana mereka. Yang juga layak disebutkan adalah pencapaian-pencapaian luar biasa dari kaum perempuan petani Soviet, yang memikul di pundak mereka sebagian besar beban kerja pertanian selama tahun-tahun perang.

Perempuan kami telah menguasai profesi yang telah lama dianggap sebagai domain eksklusif laki-laki. Ada perempuan pengemudi mesin, mekanik perempuan, operator mesin bubut perempuan, tukang sepatu perempuan, pekerja perempuan yang berkualifikasi baik yang bertanggung jawab atas mekanisme yang paling rumit.

Para perempuan di Uni Soviet bekerja setara dengan kaum laki-laki untuk memajukan sains, budaya, dan seni; mereka menempati tempat yang luar biasa dalam pendidikan nasional dan layanan kesehatan.

Alexandra Kollontai merupakan seorang Sosial-Demokrat Rusia dari tahun 1890an, aktif dalam gerakan Perempuan Sosialis internasional. Ia menjadi anggota Menshevik sebelum tahun 1914. Pada tahun 1905 ia bergabung dengan Trotsky dalam mendesakkan sikap positif terhadap “soviet baru” dan mendesak persatuan faksi-faksi partai. Selanjutnya, sampai tahun 1908 ia aktif mengorganisir para pekerja perempuan, mengkampanyekan perlawanan terhadap majikan, feminisme borjuis, hingga konservatisme dan chauvinisme laki-laki dari organisasi sosialis. Pada Oktober 1917, ia berpartisipasi dalam keputusan untuk meluncurkan pemberontakan bersenjata melawan pemerintah. Sempat terpilih sebagai Komisaris Kesejahteraan Sosial dalam pemerintahan Soviet yang baru pada Kongres Soviet Kedua dan pada 1918 ia memimpin delegasi ke Swedia, Inggris, dan Prancis untuk menggalang dukungan bagi pemerintah baru. Sekembalinya, ia berdebat menentang ratifikasi Perjanjian Brest-Litovsk dan mengundurkan diri dari pemerintah, merasa bahwa kesatuan Komisariat akan terancam bahaya dengan memiliki anggota oposisi yang menentang pertanyaan krusial seperti itu. Selama sisa tahun 1918, ia aktif sebagai agitator dan organisator, dan memainkan peran kunci dalam mengorganisir Kongres Pertama untuk Semua Perempuan dan Pekerja Rusia-Rusia (November 1918). // gambar: Alexandra Kollontai Internet Archive

Soviet doctors, close to the worker: Russian Federation, 1968
Dokter Soviet, dekat dengan pekerja: Federasi Rusia, 1968 / gambar: who.int

Di negara di mana, 30 tahun yang lalu, dari 2.300 ribu perempuan yang bekerja, 1.300.000 bekerja sebagai pelayan di kota-kota dan 750 ribu sebagai buruh tani di pedesaan, di negara di mana hampir tidak ada insinyur perempuan, hampir tidak ada ilmuwan, dan pengangkatan ke pos mengajar selalu disertai dengan kondisi yang merendahkan martabat perempuan, di negara itu sekarang ada 750 ribu guru perempuan, 100 ribu dokter perempuan, dan 250 ribu insinyur perempuan. Perempuan membentuk setengah dari badan siswa di lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Lebih dari 33 ribu perempuan bekerja di laboratorium dan di lembaga penelitian, 25 ribu perempuan memiliki pangkat dan gelar akademik, dan 166 perempuan telah dianugerahi State Prize atas pencapaian mereka dalam sains dan pekerjaan.

Para perempuan dari Uni Soviet menerapkan hak-hak politik mereka dalam praktik. Soviet Tertinggi (Supreme Soviet) dari Uni Soviet (USSR) memiliki 277 wakil perempuan, sementara 256 ribu perempuan telah dipilih untuk organ-organ negara di pedesaan, perkotaan, regional dan republik…

Wanita bekerja tujuh jam di jalur perakitan, membangun traktor di pabrik yang dengan teknologi otomatisasi penuh. Lebih dari 60.000 traktor diproduksi oleh pabrik kecil ini setiap tahun. (sekitar 1950-an)
Perempuan bekerja tujuh jam di jalur perakitan, membangun traktor di pabrik dengan teknologi otomatisasi penuh. Lebih dari 60.000 traktor diproduksi oleh pabrik kecil ini setiap tahun. (sekitar 1950-an) / gambar: marxists.org

Para perempuan di Uni Soviet tidak perlu menuntut dari pemerintah mereka hak untuk bekerja, hak untuk pendidikan, hak untuk perlindungan keibuan. Negara itu sendiri, pemerintah itu sendiri, menarik perempuan ke dalam pekerjaan, memberi mereka akses luas ke setiap bidang kehidupan sosial, membantu dan memberi penghargaan kepada para ibu.

Selama tahun-tahun invasi oleh para agresor nazi, para perempuan Soviet, dan para perempuan dari negara-negara demokratis lainnya, melihat dengan mata kepala mereka sendiri perlunya melancarkan pertempuran tanpa akhir melawan nazisme sampai setiap jejaknya dihilangkan. Hanya ini yang akan menyelamatkan dunia dari ancaman perang baru.

Perjuangan untuk demokrasi dan perdamaian abadi, perjuangan melawan kaum reaksioner dan fasisme, adalah tugas utama yang kita hadapi saat ini. Memisahkan perempuan dari tugas dasar dan penting ini, mencoba mengurung mereka di dalam organisasi feminis yang ‘murni perempuan’, hanya akan melemahkan gerakan demokrasi perempuan. Kemenangan demokrasi lah yang bisa menjamin kesetaraan perempuan.

Kami, para perempuan di Tanah Soviet, mencurahkan seluruh energi kami untuk kerja kreatif, untuk memenuhi tugas-tugas monumental yang ditetapkan oleh rencana lima tahun, mengetahui bahwa dengan melakukan itu kami memperkuat benteng perdamaian di seluruh dunia —Uni Republik Sosialis Soviet (Union of Soviet Socialist Republics).

Pada saat yang sama kita harus waspada terhadap intrik-intrik kaum reaksioner dan mengungkap rencana serta niat mereka, usaha-usaha mereka, untuk memecah-belah barisan demokrasi.

Persatuan semua kekuatan demokrasi adalah senjata kita yang paling bisa diandalkan dalam perjuangan melawan reaksi, dalam perjuangan untuk kebebasan dan perdamaian di seluruh dunia.

Sumber: Alexandra Kollontai: Selected Articles and Speeches, Penerbit Progress, 1984;
Diterbitkan Pertamakali: Sovetskaya zhenshchina,(Soviet Woman), No. 5, September-October, 1946, pp. 3-4, abridged.
Transkrip: Sally Ryan untuk marxists.org, 2000;
Korektor: dan dikoreksi oleh Chris Clayton 2006.
Diterjemahkan oleh kurator perjamuanbuku.com dari marxists.org “The Soviet Woman — a Full and Equal Citizen of Her Country, Alexandra Kollontai 1946″. Untuk perbaikan terjemahan dan saran lainnya, silahkan hubungi kami di halaman kontak, atau melalui surat elektronik di alamat yang tertera.

Mulai percakapan
Hai PAPERBUK!
Ada yang bisa kami bantu?

Kami adalah manusia sungguhan, coba hubungi kami!