Korporasi membawa ‘siksaan’ (‘slow violence’) pada jutaan manusia

Oleh Mair Bain

HUMAN-MADE: (Dari kiri ke kanan) Kota Shahdadkot di provinsi Sindh, Pakistan tenggara, tertutup oleh air banjir pada bulan September 2022; Kebakaran Kompleks Kimble tahun 2022 di Ohio tenggara, merupakan kebakaran hutan terbesar dalam sejarah Hutan Nasional Wayne. Foto: (K ke R) Ali Hyder Junejo / CC - Spencer Townsend / Hutan Nasional Wayne / CC
HUMAN-MADE: (Dari kiri ke kanan) Kota Shahdadkot di provinsi Sindh, Pakistan tenggara, tertutup oleh air banjir pada bulan September 2022; Kebakaran Kompleks Kimble tahun 2022 di Ohio tenggara, merupakan kebakaran hutan terbesar dalam sejarah Hutan Nasional Wayne. // Foto: (K ke R) Ali Hyder Junejo /CC-Spencer Townsend/Hutan Nasional Wayne/CC

SEPERTI kita ketahui, Israel membunuh warga Palestina melalui peluru, bom, dan dengan sengaja mengabaikan kebutuhan dasar warga sipil untuk bertahan hidup – makanan, air, dan obat-obatan.

Israel telah mencuri tanah dan sumber daya Palestina sambil melakukan kekejaman HAM yang mengerikan selama beberapa dekade.

Mereka yang melakukan dan mendukung genosida ini tahu apa yang mereka lakukan. Tidak mengherankan jika sebagian besar negara-negara Barat mendukung Israel dan penindasan serta pembunuhannya terhadap warga Palestina.

Hal ini mencerminkan masalah sistemik yang lebih luas di mana negara-negara Barat yang telah makmur melalui penjajahan dan eksploitasi xenofobia, mendukung ketidakadilan dan kekerasan yang serupa oleh sekutu mereka.

Selama berabad-abad negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris merasa berhak untuk melancarkan perang jauh melampaui batas negara mereka, memperbudak dan membunuh orang, mencuri tanah, menghancurkan dan mencemari ekosistem, untuk mengumpulkan lebih banyak sumber daya.

Baik secara langsung melalui kolonialisme dan perang atau melalui sistem ekonomi yang mereka kendalikan, mereka menerapkan utang, praktik perburuhan yang eksploitatif, penjualan aset negara-negara tersebut kepada perusahaan global, dan kesepakatan perdagangan yang sangat tidak adil.

Kekerasan yang menimpa warga Palestina adalah bagian dari kerangka kapitalis dan kolonial yang lebih besar, yang juga menimbulkan “slow violence” (kekerasan perlahan/siksaan—penj) – yaitu dampak buruk yang bertahap dan tidak terlihat akibat kesenjangan sosial dan kesehatan, diskriminasi sistemik, dan eksploitasi ekonomi.

Kemiskinan adalah salah satu jenis slow violence (kekerasan perlahan/siksaan). Di Inggris, lebih dari 14 tahun kebijakan penghematan partai Tory dengan pemotongan layanan publik, upah yang stagnan, dan keringanan pajak untuk orang super kaya telah mengakibatkan kesenjangan yang semakin lebar antara kaya dan miskin dengan semakin banyak orang yang berjuang untuk memberi makan diri mereka sendiri, mengakses layanan kesehatan, atau mempertahankan atap di atas kepala mereka.

Puluhan ribu warga Inggris telah meninggal sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan ini. Namun, kaum Tory tidak peduli, karena ketika Kamu memiliki pola pikir yang dapat membenarkan kekerasan langsung melalui perang dan penjajahan, Kamu tidak akan bergeming jika jutaan orang menderita kekerasan kemiskinan secara perlahan sebagai akibat tidak langsung dari pilihan Kamu.

Krisis iklim juga merupakan jenis slow violence yang menimpa miliaran orang di seluruh dunia, terutama masyarakat yang paling miskin dan paling rentan di dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, telah terjadi serangkaian bencana iklim yang menghancurkan di berbagai belahan dunia seperti Topan Idai, gelombang panas yang mematikan di India, Pakistan dan Eropa, banjir di Indonesia, Asia Tenggara dan Libya, kekeringan di Amazon, serta kebakaran hutan yang melanda Australia, Brasil, Yunani, Kanada, dan Chili.

Jutaan orang telah kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian dan orang-orang yang mereka cintai sebagai akibat dari peristiwa cuaca ekstrem yang semakin berbahaya dan semakin sering terjadi.

PBB melaporkan bahwa sudah lebih dari 20 juta orang per tahun terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat krisis iklim.

Peristiwa cuaca ekstrem ini mengancam pasokan makanan dan air bersih, kehancuran rumah dan komunitas, runtuhnya infrastruktur, hilangnya mata pencaharian, pengungsian, penyakit dan kematian.

Pada tahun 2022, lebih dari 32 juta orang di Pakistan terdampak oleh banjir yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Ribuan orang meninggal dunia, jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan mengungsi. Keluarga-keluarga tidak memiliki akses terhadap air bersih, makanan, layanan kesehatan, serta kehilangan kesempatan untuk bersekolah dan bekerja.

Kekeringan selama lebih dari lima tahun di Afrika Timur, ditambah dengan faktor-faktor lain seperti konflik bersenjata, telah menyebabkan kerawanan pangan yang menghancurkan bagi 20 juta orang di seluruh wilayah tersebut. Tanaman gagal panen, orang-orang kelaparan, menderita penyakit yang terkait dengan kekurangan gizi dan kekurangan air bersih dan banyak yang mengungsi untuk mencari tempat yang layak huni.

Kita memang selalu mengalami badai, kekeringan dan kebakaran hutan, banjir dan angin kencang. Namun, saat ini kita sedang menyaksikan skala kerusakan dan kehancuran yang baru dan menakutkan.

Penyebab fisik yang mendasari krisis iklim adalah pembakaran bahan bakar fosil (minyak, batu bara, dan gas) di mana perusahaan-perusahaan besar dan pemerintah yang terlibat menentang —demi melindungi keuntungan mereka— transisi yang diperlukan menuju energi ramah lingkungan.

Kepentingan terhadap bahan bakar fosil telah secara sistematis menyangkal dan meremehkan krisis iklim, meskipun ada bukti ilmiah yang jelas tentang peran mereka dalam pemanasan global. Para ilmuwan memperkirakan bahwa pada tahun 2070, lebih dari sepertiga populasi dunia akan menghadapi panas yang tidak dapat ditinggali. Wilayah yang luas di planet ini akan menjadi terlalu panas untuk ditinggali oleh miliaran orang.

Krisis iklim secara sadar dibiarkan terjadi karena mereka yang mendapatkan keuntungan dari bahan bakar fosil tidak peduli jika miliaran orang miskin menderita dan mati sebagai akibatnya.

Ini adalah bagian (keniscayaan) dari sistem ekonomi yang menindas yang merendahkan kehidupan banyak orang demi keuntungan segelintir orang.

Hanya satu contoh bagaimana ketidakadilan ini saling terkait: Ithaca Energy, pemain utama dalam industri minyak Laut Utara Inggris dan operator utama ladang minyak Rosebank (sebelah barat Shetland) yang menimbulkan polusi besar-besaran, telah menyalurkan ratusan juta poundsterling untuk mendukung permukiman ilegal Israel di Tepi Barat.

Saya pernah dipenjara karena memprotes izin minyak dan gas laut utara yang baru dari pemerintah Inggris dengan Just Stop Oil. Saya menghabiskan enam minggu di sana tanpa diadili, kemudian dibebaskan dengan status tahanan rumah selama berbulan-bulan.

Yang lainnya, dalam Aksi Palestina, menghadapi hukuman penjara dan harus mengenakan tanda pengenal karena memprotes pabrik-pabrik senjata yang mempersenjatai Israel.
Hal ini menunjukkan sejauh mana perusahaan-perusahaan ini akan membungkam perbedaan pendapat dan melindungi keuntungan industri bahan bakar fosil dan senjata.

Pemerintah Inggris telah memperlakukan para pengunjuk rasa krisis iklim dan Palestina dengan penghinaan dan menuduh kami sebagai ekstremis untuk membenarkan undang-undang anti-protes yang lebih keras. Namun, kami bukanlah ekstremis—mereka yang mendukung, mengizinkan, dan mengambil untung dari pembunuhan massal adalah ekstremis.

Semua yang telah saya tulis sangat suram dan siapa pun yang memiliki rasa empati dan belas kasihan akan merasakan hal ini sangat menyakitkan. Namun kita tidak boleh menutup mata terhadap penderitaan dan ketidakadilan.

Apa yang dapat memberi kita harapan adalah bahwa jutaan orang di seluruh dunia peduli. Di seluruh dunia, orang-orang turun ke jalan menuntut diakhirinya genosida di Gaza, terlepas dari propaganda dan kebohongan yang mencoba membenarkan tindakan Israel.

Penting bagi kita untuk terus menyuarakan pendapat, memprotes, dan bersatu untuk menuntut sebuah dunia di mana Palestina merdeka, di mana orang-orang tidak dikorbankan demi keuntungan segelintir orang, dan semua nyawa dihargai secara setara.

Tulisan ini sebelumnya diterbitkan di Morning Star dengan judul Corporations bring ‘slow violence’ to millions. Diterjemahkan dari bahasa Inggris dan diterbitkan ulang di sini sebagai pembelajaran.

Untuk kritik serta saran yang membangun, silakan tulis di halaman kontak.

Share your thoughts

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Mulai percakapan
Hai PAPERBUK!
Ada yang bisa kami bantu?

Kami adalah manusia sungguhan, coba hubungi kami!