Terkadang Kapital Marx adalah Bantal, Terkadang Ia Memaksa Kita untuk Memperdalam Perjuangan Kita

20210204_Dossier-37_Social-Media_EN_Web-1

Kawan-kawan,

Salam dari meja Tricontinental: Institute for Social Research.

Pada tahun 1911, Ho Chi Minh muda (1890-1969) tiba di Prancis, yang telah menjajah tanah airnya, Vietnam. Meskipun ia dibesarkan dengan semangat patriotik yang berkomitmen terhadap anti-kolonialisme, temperamen Ho Chi Minh tidak memungkinkannya untuk mundur ke dalam romantisme yang memandang ke belakang. Dia memahami bahwa rakyat Vietnam perlu belajar dari sejarah dan tradisi mereka sendiri serta dari arus demokratis yang dilancarkan oleh gerakan revolusioner di seluruh dunia. Di Prancis, ia terlibat dalam gerakan sosialis, yang mengajarinya tentang perjuangan kelas pekerja di Eropa, meskipun kaum sosialis Perancis tidak dapat memutuskan kebijakan kolonial negara mereka. Hal ini membuat Ho Chi Minh frustrasi. Ketika sosialis Jean Longuet menyuruhnya untuk membaca buku Kapital karya Karl Marx, Ho Chi Minh merasa kesulitan dan kemudian mengatakan bahwa dia hanya menggunakannya sebagai bantal.

Dossier-37_Image_02Revolusi Oktober 1917 yang menginagurasi Republik Soviet membangkitkan semangat Ho Chi Minh. Tidak hanya kelas pekerja dan kaum tani yang mengambil alih negara dan mencoba merombaknya, tetapi kepemimpinan negara yang baru ini juga memberikan pembelaan yang kuat terhadap gerakan anti-kolonial. Dengan senang hati, Ho Chi Minh membaca “Tesis tentang Persoalan Nasional dan Kolonial” karya V. I. Lenin, yang ditulis Lenin untuk pertemuan Komunis Internasional tahun 1920. Pemuda radikal Vietnam yang negaranya dijajah sejak tahun 1887 ini, menemukan dalam teks tersebut dan teks-teks lainnya dasar teoritis dan praktis untuk membangun gerakannya sendiri. Ho Chi Minh pergi ke Moskow, kemudian ke Tiongkok, dan akhirnya kembali ke Vietnam untuk memimpin negaranya keluar dari penindasan kolonial dan keluar dari perang yang dipaksakan oleh Prancis dan Amerika Serikat (perang yang berakhir dengan kemenangan Vietnam enam tahun setelah kematian Ho Chi Minh).

Pada tahun 1929, Ho Chi Minh mengatakan bahwa “perjuangan kelas tidak mengambil bentuk seperti yang terjadi di Barat”. Dia tidak bermaksud bahwa kesenjangan antara Barat dan Timur bersifat kultural; dia bermaksud bahwa perjuangan di tempat-tempat seperti bekas Kekaisaran Rusia dan Indo-Cina harus mempertimbangkan sejumlah faktor yang unik di bagian dunia ini: struktur dominasi kolonial, kekuatan produktif yang secara sengaja terbelakang, melimpahnya jumlah petani dan buruh tani yang tidak memiliki lahan, dan hirarki yang diwarisi dan direproduksi dari masa lalu yang menyedihkan dari masa lalu feodal (seperti kasta dan patriarki). Kreativitas diperlukan, dan inilah yang membuat kaum Marxis di wilayah-wilayah yang dijajah membangun teori perjuangan mereka dari keterlibatan konkret dengan realitas mereka yang kompleks. Teks-teks yang ditulis oleh orang-orang seperti Ho Chi Minh tampak seolah-olah hanya sebagai komentar atas situasi saat ini, padahal sebenarnya para Marxis ini membangun teori perjuangan mereka dalam konteks tertentu yang tidak langsung terlihat oleh Marx dan penerus utamanya di Eropa (seperti Karl Kautsky dan Eduard Bernstein).

BerkasDossier-37_Image_03 Tricontinental no. 37, Dawn: Marxism and National Liberation, mengeksplorasi interpretasi kreatif terhadap Marxisme di seluruh Dunia Selatan, mulai dari José Carlos Mariátegui dari Peru hingga Mahdi Amel dari Lebanon. Buku ini merupakan sebuah undangan untuk berdialog, sebuah percakapan tentang tradisi Marxisme dan pembebasan nasional yang saling terkait, sebuah tradisi yang muncul dari Revolusi Oktober 1917 dan berakar pada konflik-konflik anti-kolonial pada abad ke-20 dan ke-21.

Ketika kategori-kategori Marxisme melayang ke luar dari batas-batas wilayah Atlantik Utara, kategori-kategori tersebut harus “sedikit diperluas”, seperti yang ditulis oleh Frantz Fanon dalam Wretched of the Earth (1961), dan narasi materialisme historis harus ditingkatkan. Kategori-kategori ini tentu saja memiliki penerapan universal tetapi tidak dapat diterapkan dengan cara yang sama di semua tempat; setiap gerakan yang mengambil dari Marxisme – seperti gerakan pembebasan Vietnam yang dipimpin oleh Ho Chi Minh –harus terlebih dahulu menerjemahkannya ke dalam konteks mereka sendiri. Masalah utama dari Marxisme di negara-negara jajahan adalah bahwa kekuatan-kekuatan produktif di belahan dunia ini telah dikikis secara sistematis oleh imperialisme dan hirarki sosial yang lebih tua belum tersapu oleh arus demokrasi. Bagaimana cara melakukan revolusi di tempat yang tidak memiliki kekayaan sosial?

Pelajaran yang disampaikan Lenin selaras dengan orang-orang seperti Ho Chi Minh karena Lenin berpendapat bahwa imperialisme tidak akan mengizinkan pengembangan kekuatan produktif di tempat-tempat seperti India dan Mesir; ini adalah wilayah-wilayah yang perannya dalam sistem global adalah untuk memproduksi bahan mentah dan membeli produk jadi dari pabrik-pabrik Eropa. Tidak ada elit liberal yang muncul di wilayah-wilayah dunia ini yang benar-benar berkomitmen pada anti-kolonialisme atau emansipasi manusia. Di negara-negara jajahan, kaum Kiri-lah yang harus menggerakkan perjuangan melawan kolonialisme dan revolusi sosial. Ini berarti bahwa mereka harus menciptakan dasar bagi kesetaraan sosial, termasuk kemajuan kekuatan-kekuatan produktif; kaum Kiri harus menggunakan sumber daya langka yang tersisa setelah penjarahan kolonial, yang diperkuat oleh antusiasme dan komitmen rakyat, untuk mensosialisasikan produksi melalui penggunaan mesin-mesin dan pengorganisasian tenaga kerja yang lebih baik, dan mensosialisasikan kekayaan untuk memajukan perkembangan pendidikan, kesehatan, nutrisi, dan budaya.

Setiap revolusi sosialis setelah Oktober 1917 terjadi di wilayah-wilayah kolonialisme yang miskin, seperti Mongolia (1921), Vietnam (1945), Cina (1949), Kuba (1959), Guinea Bissau dan Cabo Verde (1975), dan Burkina Faso (1983). Sebagian besar dari mereka adalah masyarakat petani, yang modalnya dicuri oleh penguasa kolonial dan tenaga produktifnya dikembangkan hanya untuk memungkinkan ekspor bahan mentah dan impor produk jadi. Setiap revolusi disambut dengan kekerasan yang luar biasa dari para penguasa kolonial yang telah pergi, yang berfokus untuk menghancurkan kekayaan masyarakat yang tersisa.

Perang melawan Vietnam adalah simbol dari kekerasan ini. Salah satu kampanye, Operasi Hades, memberikan gambaran yang cukup: dari tahun 1961 hingga 1971, pemerintah Amerika Serikat menyemprotkan 73 juta liter senjata kimia untuk menghancurkan semua tanaman di Vietnam. Agen Oranye, senjata kimia yang paling mengerikan pada masanya, digunakan di sebagian besar wilayah pertanian Vietnam. Peperangan ini tidak hanya membunuh jutaan orang yang tewas dalam perang, tetapi juga meninggalkan warisan yang mengerikan bagi Vietnam yang sosialis: puluhan ribu anak-anak Vietnam lahir dengan kelainan yang parah (spina bifida, cerebral palsy) dan jutaan hektar lahan pertanian yang baik menjadi beracun akibat senjata-senjata ini. Kehancuran medis dan pertanian telah berlangsung selama setidaknya lima generasi, dengan indikasi bahwa mereka akan bertahan selama beberapa generasi lagi. Kaum sosialis Vietnam harus membangun negara mereka bukan berdasarkan model sosialisme yang ada dalam buku teks, tetapi dengan menghadapi penyakit yang ditimpakan pada negara mereka oleh imperialisme. Jalan sosialis mereka harus melewati realitas yang mengerikan yang khusus untuk sejarah dan realitas mereka sendiri.

Dokumen kami menunjukkan bahwa banyak kaum Marxis di dunia kolonial belum pernah membaca Marx. Mereka telah membaca tentang Marxisme dalam berbagai pamflet murah dan telah menemukan Lenin dalam bentuk ini juga: buku-buku terlalu mahal, dan sering kali sulit didapat. Orang-orang seperti Carlos Baliño dari Kuba (1848-1926) dan Josie Palmer dari Afrika Selatan (1903-1979) berasal dari latar belakang yang sederhana dan tidak memiliki banyak akses ke tradisi intelektual yang menjadi sumber kritik Marx. Namun, mereka mengetahui esensinya melalui perjuangan mereka, dan melalui bacaan dan pengalaman mereka sendiri, mereka membangun teori yang sesuai dengan konteks mereka.

Dossier-37_Image_04Saat ini, studi dengan istiqomah menjadi pilar bagi gerakan kami dan harapan kami untuk membangun masa depan yang lebih baik. Untuk alasan ini, setiap tahun, pada tanggal 21 Februari, Tricontinental: Institute for Social Research berpartisipasi dalam Hari Buku Merah (Red Books Day). Tahun lalu, lebih dari enam puluh ribu orang pergi ke tempat-tempat umum untuk membaca Manifesto Komunis pada peringatan 172 tahun penerbitannya pada 21 Februari 1848. Tahun ini, karena pandemi, sebagian besar acara akan berlangsung secara online. Kami mendorong Kamu untuk mencari penerbit dan organisasi di daerahmu yang mungkin mengadakan acara Hari Buku Merah dan ikut terlibat; jika tidak ada acara di dekatmu, silakan adakan acaramu sendiri atau gunakan media sosial untuk membicarakan buku-buku merah favorit Kamu dan apa arti buku-buku tersebut bagi perjuanganmu. Kami berharap Hari Buku Merah akan menjadi bagian penting dari kalender kita seperti halnya May Day.

Ho Chi Minh – yang namanya berarti ‘Kehendak nan Jernih’ – hampir selalu terlihat dengan sebungkus rokok Lucky Strike dan sebuah buku di dekatnya. Dia suka membaca dan dia juga suka mengobrol, yang mana keduanya membantu mengembangkan pemahamannya tentang dunia yang terus bergerak. Buku merah apa yang ada di samping Kamu saat Kamu membaca buletin ini? Maukah Kamu bergabung dengan kami di Hari Buku Merah dan menambahkan berkas baru kami ke dalam daftar bacaan buku merah Anda?

Salam hangat,

Vijay

Tulisan ini sebelumnya diterbitkan di The Tricontinental dan beredar di MROnline dengan judul Sometimes Marx’s Capital Is a Pillow, Sometimes It Obliges Us to Deepen Our Struggles: The Seventh Newsletter (2021). Diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Puspen PB dan diterbitkan ulang di sini sebagai bahan belajar dan mengkampanyekan Hari Buku Merah (Red Books Day) serta mengajak Kamu untuk berpartisipasi dengan membaca buku-buku pilihan. Bacalah buku yang mencerahkan! Yang menyehatkan!

Untuk kritik serta saran yang membangun, silakan tulis di halaman kontak.

Share your thoughts

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Mulai percakapan
Hai PAPERBUK!
Ada yang bisa kami bantu?

Kami adalah manusia sungguhan, coba hubungi kami!