Jumlah pekerja dari Dunia Selatan yang dikuras oleh negara-negara kaya sungguh “mencengangkan”

From “Rich countries drain ‘shocking’ amount of labor from the Global South” by Phie Jacobs, SCIENCE 6 August 2024 (doi: 10.1126/science.zlkj2u5). Translated and reproduced with permission from AAAS.”

“This translation is not an official translation by AAAS staff, nor is it endorsed by AAAS as accurate. In crucial matters, please refer to the official English-language version originally published by AAAS.”

Para pekerja di negara-negara selatan—mulai dari petani hingga saintis—menggerakkan perekonomian dunia namun menghadapi kesenjangan upah yang menganga lebar dan dalam.

Traders mata uang
Traders mata uang (pekerja kerah putih) bekerja di ruang transaksi valuta asing // AP Photo

Jika Kamu tinggal di Amerika Serikat atau negara kaya lainnya di wilayah Utara, para pekerja di negara-negara yang jauh, berperan banyak dalam kehidupan sehari-harimu. Mobilmu mungkin menggunakan suku cadang yang dibuat di Meksiko dan menggunakan minyak yang dibor di Nigeria. Kamu mungkin berkendara untuk mendapatkan vaksin yang diproduksi di India, melakukan check-in untuk janji temu dengan ponsel pintar yang dirancang oleh para insinyur di Tiongkok.

Phie Jacobs adalah reporter penugasan umum di Science. Ia menyelesaikan sarjana dalam bidang bahasa Inggris dan biologi dari Wesleyan University dan meraih master dalam bidang penulisan sains dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Bukan rahasia lagi bahwa arus barang dan jasa ini sangat tidak seimbang. Namun bulan lalu di Nature Communications, para peneliti memberikan angka: Tenaga kerja di negara-negara Selatan secara mengejutkan menyediakan 90% tenaga kerja yang menggerakkan ekonomi dunia, namun hanya mendapatkan 21% dari pendapatan global. Temuan ini menegaskan bahwa pertukaran tenaga kerja internasional “memang tidak merata,” kata Maurice Kugler, seorang ekonom George Mason University yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Kesenjangan ini membantu menjelaskan mengapa, meskipun perdagangan dan kemajuan teknologi telah menciptakan apa yang disebut Kugler sebagai “ledakan kekayaan global”, banyak negara di Dunia Selatan masih memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi.

Hingga saat ini, para peneliti tidak memiliki sarana untuk membuktikan kemiringan tenaga kerja global “secara empiris,” kata Jason Hickel, seorang antropolog ekonomi di Universitas Otonomi Barcelona (UAB) dan penulis utama studi baru ini. Untuk mengatasi kesenjangan ini, ia dan rekan-rekannya menggunakan model matematika untuk melacak bagaimana tenaga kerja dan barang mengalir di antara negara-negara dari tahun 1995 hingga 2021.

Mereka menegaskan bahwa pekerja di Dunia Selatan sebagian besar menggerakkan ekonomi dunia. Pada tahun 2021, misalnya, negara-negara kaya mengimpor 906 miliar jam tenaga kerja—jumlah total tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang atau menawarkan layanan dari awal hingga akhir—dari negara-negara yang lebih miskin. Sebagai gantinya, mereka (negara-negara kaya) hanya mengekspor 80 miliar jam tenaga kerja apa pun, baik itu pekerjaan berketerampilan rendah di sektor-sektor seperti pertanian atau tenaga kerja berketerampilan tinggi di sektor-sektor seperti teknik komputer.

Seperti yang dijelaskan Hickel, hal itu berarti 826 miliar jam tenaga kerja bersih yang diambil dari negara-negara Selatan—lebih banyak daripada jumlah tenaga kerja yang disediakan oleh seluruh tenaga kerja di Amerika Serikat dan Eropa jika digabungkan. Jika para pekerja di negara-negara Selatan dibayar sama dengan rekan-rekan mereka di negara-negara Utara, jam kerja tersebut akan bernilai 18,4 triliun dolar AS. Namun, tim menemukan bahwa upah di Selatan antara 87% dan 95% lebih rendah untuk pekerjaan dengan keterampilan yang sama.

“Selalu mengejutkan melihat angka-angka ini, karena jumlahnya sangat besar,” kata salah satu penulis studi, Morena Hanbury Lemos, seorang ekonom ekologi di UAB.

Kesenjangan upah yang sangat besar tidak dijelaskan oleh perbedaan jenis pekerjaan. Hickel mengatakan bahwa sering kali diasumsikan bahwa negara-negara di belahan dunia Selatan menyediakan tenaga kerja berketerampilan rendah—buruh tani dan pekerja pabrik, misalnya—sebagai imbalan atas pekerjaan berketerampilan tinggi di belahan dunia Utara yang dilakukan oleh para ilmuwan, insinyur, pengacara, dan lainnya yang bergelar sarjana.

“Ini sama sekali tidak benar,” kata Hickel. Studi tersebut menunjukkan bahwa negara-negara di Dunia Selatan menyediakan mayoritas tenaga kerja di semua tingkat keterampilan dan sektor, menyumbangkan 1.024 miliar jam tenaga kerja berketerampilan tinggi untuk ekonomi dunia pada tahun 2021. Pada tahun yang sama, Dunia Utara hanya menyumbang total 971 miliar jam tenaga kerja.

Pertukaran yang tidak setara
Pertukaran yang tidak setara // Graphic: N. Cary/Science; Data: J. Hickel et al., Nat Commun 15, 6298 (2024) Unequal exchange of labour in the world economy

Sebuah studi baru mengukur bagaimana negara-negara kaya di Dunia Utara menguras tenaga kerja dan sumber daya dari Dunia Selatan. Pada tahun 2021 saja, pekerja di Dunia Selatan menyediakan 90% tenaga kerja yang menggerakkan ekonomi dunia—termasuk sejumlah besar tenaga kerja berketerampilan tinggi, yang membutuhkan pendidikan dan pengalaman tingkat lanjut.

“Dunia Selatan melakukan semua produksi, namun mendapatkan kesepakatan yang lebih buruk,” kata John Bellamy Foster, seorang sosiolog dari University of Oregon yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Meskipun upah secara keseluruhan telah meningkat, upah di Dunia Selatan tetap berada pada tingkat yang rendah karena negara-negara ini terkunci dalam “perlombaan menuju ke bawah” untuk memperebutkan uang dan sumber daya dari Utara, tambahnya.

Dan kebijakan serta program yang dirancang untuk membuat ekonomi di Dunia Selatan lebih mandiri dapat memperdalam ketidaksetaraan, kata Heath Prince, seorang ekonom pembangunan di University of Texas di Austin yang tidak terlibat dalam studi baru ini. Untuk mendapatkan pinjaman dari organisasi internasional seperti IMF atau Bank Dunia, ia menjelaskan, negara-negara sering kali memangkas pengeluaran publik untuk hal-hal seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan sektor-sektor lain yang dapat meningkatkan taraf hidup, dan sebagai gantinya berfokus pada pembayaran utang atau mengekspor sumber daya ke negara lain. Akibatnya, negara-negara di Dunia Selatan jarang dapat mengurangi kemiskinan melalui perdagangan.

Meskipun sering diasumsikan bahwa negara-negara Selatan entah bagaimana “mengejar ketertinggalan,” kata Hickel, penelitian baru ini mengungkapkan bahwa kesenjangan tersebut semakin melebar, dengan upah di Dunia Utara meningkat 11 kali lipat dibandingkan dengan upah di Dunia Selatan antara tahun 1995 dan 2021.

Para penulis studi berpendapat bahwa perubahan dalam kebijakan internasional, seperti penetapan upah minimum global dan harga minimum sumber daya alam, dapat sangat membantu mengurangi ketidaksetaraan ini. Namun, Hickel berpendapat bahwa langkah tersebut tidak mungkin dilakukan karena akan memaksa negara-negara kaya untuk mengurangi konsumsi atau menambah jam kerja mereka.

Namun, seiring dengan menghangatnya iklim, nasib para pekerja di negara-negara Selatan akan menjadi lebih buruk. Prince mencatat bahwa kebutuhan untuk bekerja berjam-jam dengan upah yang minim, ditambah dengan kenaikan suhu, akan membuat para pekerja di berbagai sektor menghadapi risiko penyakit yang berhubungan dengan panas. “Bukan hanya karena mereka dieksploitasi,” katanya. “Mereka benar-benar bekerja sampai mati.”

Baca buku tentang pekerja

  • Asal-usul-Kapitalisme-Ellen-Meiksin-Wood-FC
    Original price was: Rp115.000.Current price is: Rp111.550.
    3% off!
  • Burnout-Society-FC
    Original price was: Rp68.000.Current price is: Rp65.960.
    3% off!
  • Kelas Pekerja dan Kapital Indonesia-Book
    Original price was: Rp85.000.Current price is: Rp82.450.
    3% off!
  • Rantai-Nilai-Wajah-baru-imperialisme-ekonomi-Intan-Suwandi-FC
    Original price was: Rp95.000.Current price is: Rp92.150.
    3% off!
  • Cover-Depan-SURPLUS-PEKERJA
    Out of stock
    Original price was: Rp69.000.Current price is: Rp66.240.
    4% off!

Share your thoughts

Open chat
Tanyakan sesuatu!
Lal Salaam!
Tanyakan sesuatu. Kami adalah manusia sungguhan.