Daftar Pendek Kusala Sastra Khatulistiwa 2025: Kategori Kumpulan Cerpen dan Novel

Daftar Pendek Novel dan Cerpen KSK 2025

Kusala Sastra Khatulistiwa adalah penghargaan bagi karya sastra terbaik sepanjang tahun, yang menunjukkan pengerahan kerja kreatif sastrawan Indonesia, pengembangan potensi estetis dalam penggunaan bahasa Indonesia, dan perluasan kemungkinan wilayah pertemuan antara imajinasi dan realitas kehidupan masyarakat Indonesia.1 Sempat terhenti setelah kematian sang penggagas, Richard Oh, pada 2022, di tahun 2024 kemudian Kusala Sastra Khatulistiwa diaktivasi dan diadakan kembali oleh orang-orang terdekatnya bersama para pegiat sastra Indonesia.

Berikut adalah daftar pendek Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 untuk kategori Cerpen dan Novel yang disadur dari halaman kusala.id.

Daftar lengkapnya, termasuk kategori puisi, dapat kamu lihat di sini.

✧*̥˚ Kategori Kumpulan Cerpen *̥˚✧

  • Akhir sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu - Sasti Gotama
    Original price was: Rp65.000.Current price is: Rp63.050.
    3% off!

“Hidup terkadang hanya upaya mempersedikit kesakitan.”

Bagaimana perasaanmu jika harus membunuh gajah kesayanganmu? Bagaimana jadinya jika pelaku kekerasan seksual tak diadili hanya karena ia pemimpin sekte akhir zaman yang memiliki kesaktian? Apa rasanya jika kau terus mencintai orang yang sudi menjualmu, tega melukaimu, dan merampas hasil karyamu dalam lingkaran takdir tak berkesudahan? Apa yang harus kau lakukan jika orang yang kau sayang mendapat kekerasan berulang dari pasangan, tetapi ia tetap tak ingin meninggalkannya? Lantas, mengapa ibu mencabuti sayap kupu-kupu?

Akhir sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu karya Sasti Gotama menyajikan dua puluh cerita yang akan membuat pembaca mempertanyakan ulang apa artinya menjadi manusia. Dengan gaya penceritaan yang memikat, Sasti mengajak pembaca tertawa getir dan menangis ketika mengikuti pelbagai pengalaman manusia.

Dobaq, laki-laki bertubuh kecil dan buta huruf, kerap dianggap tak berguna oleh istrinya. Setiap hari, sepulang dari menyadap nira dan setelah membuat tuak, ia akan duduk di berugak, menghadapi berbotol-botol tuak, dan minum sampai ia benar-benar mabuk dan tak sadarkan diri. Ia akan sadarkan diri esok harinya dan pasti akan merasakan lapar yang luar biasa. Ketika itu ia akan meratap kepada istrinya yang biasa duduk di pintu, melepas, dengan gerakan sangat terlatih dan tampak sangat tekun, sisik-sisik yang tumbuh di sekujur tubuhnya.

“Saya lapar,” ucap Dobaq dengan suara tidak keras, tidak juga lemah. Suara yang seperti bukan keluar dari dalam dirinya.

Kekerasan oleh adat dan tradisi. Kekerasan oleh negara dan aparatus kekuasaan. Kekerasan oleh ekspansi kapital. Kekerasan berbasis gender. Kekerasan seksual dalam lingkungan terdekat…

Armin Bell dalam cerpen-cerpen yang mayoritasnya berlatar di wilayah Flores dan sekitarnya menggambarkan pergulatan manusia-manusia dari beragam profesi, taraf sosial, dan usia yang seakan tak bisa lepas dari pusaran kekerasan keseharian yang membelitnya.

“Alangkah malangnya, jika separuh umur kita dihabiskan
untuk mengerjakan hal-hal yang tidak kita cintai.”

Seberapa sering kamu menutup mata ketika melihat sesuatu yang buruk hanya karena itu tidak terjadi kepadamu? Apakah wajar menyepelekan isu yang menggetirkan hati selama kita tidak bersinggungan dengan hal tersebut?

Enam belas cerita yang terkandung dalam Mei Salon ini mempersoalkan relasi. Baik itu relasi antar individu, maupun relasi antara individu dan ruang hidupnya. Masalah relasi tersebut melibatkan pula urusan etika dan moral yang pada akhirnya berujung pada adanya desakan untuk berkuasa atau menguasai. Dengan narasi yang memukau, Iin Farliani mengundang pembaca untuk turut merasakan pengalaman menelusuri masalah pelik di kehidupan sehari-sehari dari sudut pandang yang tidak biasa.

“Rasanya aku tak begitu takjub kepada kapal besar atau tongkat kayu yang punya kekuatan gaib.
Keduanya memang menakjubkan, tetapi kedua benda itu terlampau praktis; kapal dipakai untuk
berlayar, dan tongkat kayu setidaknya dipakai untuk meringankan beban orang yang berjalan.
Aku takjub justru kepada benda yang tak mempunyai fungsi praktis, dan salah satu dari benda-benda
semacam itu adalah terompet.”

Cerpen-cerpen saya beririsan dengan sejumlah peristiwa dan sosok dalam sejarah faktual, maupun produk-produk fiksional yang sudah menjadi bagian dari ingatan kolektif. Nama-nama semisal (Soe) Harto, (Ramos) Horta, (Jenderal) van Ham, Kurt Cobain, Anton Chekov, Kusni Kasdut, Amrozi, (Munir) Thalib, dan sebagainya adalah representasi dari dunia traumatis akibat kekerasan sebagai modus kekuasaan.
— Kiki Sulistyo

✧*̥˚ Kategori Novel *̥˚✧

Aku Isnan. Aku seorang bek. Jika Tuhan tak berkehendak lain, aku akan tetap jadi bek. Insyaallah.

Kenapa ingin jadi bek? Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya. Apakah setiap keinginan harus dijelaskan? Aku bisa saja mengarangnya, tapi tentu itu bukan jawaban sesungguhnya. Sejujurnya aku memang tak tahu.

Tak seorang pun mengajariku alasan yang tepat mengapa aku ingin menjadi bek. Aku beberapa kali membaca wawancara bek-bek terkenal seperti Maldini atau Adams, tapi aku tak pernah menemukan alasan kenapa mereka jadi bek. Apakah karena mereka tegap dan tampan? Cannavaro kecil dan Sensini tidak tampan, tapi keduanya bek yang bagus. Trifon Ivanov, bek idolaku, bahkan tak pernah bicara apa-apa soal menjadi bek. Ia jarang diwawancara. Entah kenapa begitu. Apakah tidak ada wartawan yang mengerti bahasa Bulgaria?

Jika aku bertanya kepada Mas Jabal, bek senior di timku, boleh jadi aku malah akan dibentak. “Bek tak usah banyak tanya!”

Rumah tua di samping rumah Adam yang telah lama terbengkalai itu kini ditempati penghuni baru. Eva, perempuan bertangan dingin dalam menumbuhkan dan merawat aneka tanaman, menyulap keangkeran rumah menjadi Toko Firdauz dengan pekarangan rimbun. Adam remaja tanggung dengan gairah seksual sedang bergejolak, kerap menyaksikan Eva dan aneka tanamannya dari balik jendela kamar.

Tiada yang bisa menyangka, di tengah gairah seksual yang bergejolak, Adam menyaksikan sulur-sulur mawar masuk kamar dan memenuhi fantasi akan sosok perempuan yang ditumbuhi duri dan akar. Sebaliknya, Eva selalu saja diikuti kutukan atas apa yang tumbuh pada tubuhnya. Adam menyimpan rahasia atas tubuh Eva, sekaligus imajinasi liar setiap malamnya.

Dalam Duri dan Kutuk terbentang selusur kisah perempuan yang sepanjang hidupnya kerap diusik duri dan terkepung kutuk.

  • Matthes
    Original price was: Rp166.000.Current price is: Rp162.680.
    2% off!

Apa yang ada di benak Benjamin Frederik Matthes ketika ia mengajukan diri dalam misi suci menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bugis dan Makassar?

Matthes memang seorang ahli bahasa. Namun ia gagap dan tak punya gambaran sama sekali tentang Celebes Selatan. Sekalipun demikian, Lembaga Alkitab Belanda tetap memberangkatkannya ke tanah misi. Dalam upayanya mengenal orang-orang yang dengan sebelah mata dianggap belum beradab ini, ia terlibat dalam suatu petualangan berbahaya.

Ia berburu naskah-naskah tua dan bertemu dengan seorang tokoh perempuan dari Kedatuan Tanette, Colliq Pujié. Ia pun lantas punya misi pribadi yang ia yakini tidak kalah penting dari misi penerjemahan Alkitab.

Matthes adalah buku pertama dari trilogi yang berlatar belakang sejarah Sulawesi Selatan abad ke-19. Novel ini menghidupkan cerita sejarah yang acap kali dingin dan memberi latar cerita yang menarik tentang penemuan Sureq Galigo atau I La Galigo.

Pernahkah kamu berusaha berbicara dengan seekor ikan? Jika tidak, kamu harus tahu bahwa di lautan sana terdapat seekor ikan remora kecil yang berusaha dengan keras untuk bisa berbicara dengan manusia.

Konon katanya, ada dua hal yang tak banyak terjamah manusia, yaitu lautan dan dirinya sendiri. Untuk membantu menjamah lebih dalam dua hal itulah kisah ini tercipta.

Berawal dari rasa marah dan berbagai pertanyaan dalam hidupnya tentang manusia, Oni Jouska dengan kekurangannya yang tak bisa menempel di ikan mana pun, memberanikan diri bertualang.

Dalam petulangan itu ia menceritakan berbagai masalah yang ditimbulkan sampah di lautan; mengungkap berbagai pertanyaan tentang kerumitan dirinya, keluarga; dan mengungkap berbagai fenomena, mitos, dan  kisah legenda yang beredar di antara ikan untuk diresapi oleh kita sebagai manusia.

  • PAYA-NIE-FC
    Original price was: Rp79.000.Current price is: Rp76.630.
    3% off!

Aceh semasa perlawanan Gerakan Aceh Merdeka. Empat orang perempuan sedang turun ke rawa bernama Paya Nie untuk mengumpulkan purun danau buat dijadikan tikar. Kilas balik-kilas balik dalam obrolan mereka membawa kita ke masa lalu paya, masa lalu kampung-kampung sekitarnya, masa lalu militerisme, serta masa lalu diri mereka masing-masing. Desas-desus, legenda lokal, laporan saksi mata, dan mungkin juga bualan-bualan bercampur aduk dengan memukau. Tanpa mereka sadari, seregu marinir Indonesia sedang menyiapkan serangan skala besar ke rawa yang diduga menjadi tempat persembunyian gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka itu.

Juara III Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2023

Catatan

  1. kusala.id