Description
“Saya bersyukur tidak menjadi pelaku, saya bersyukur menjadi korban yang bukan karena kemauan saya, tetapi karena kezaliman politik yang membuat diri saya menjadi korban berikut seluruh keluarga dan tidak ingin peristiwa serupa berulang.”
Nanga-Nanga tentu bukan “kata” yang familiar. Jika kita mengetik di mesin pencarian, akan mengacu pada satu kampung di Kota Kendari. Narasi Nanga-Nanga tentang wisata alam, paru-paru hutan, atau modernitas wilayah tersebut beberapa waktu terakhir, menyimpan sisi kelam yang terduga: tempat buangan. Lewat buku ini, kita diajak menengok masa lalu Nanga-Nanga. Berjumpa dengan Pak Yunus dan Zakaria, Resma dan Irwan, hingga sosok kunci dalam buku ini: Rukiah. Salah satu sosok penyintas perempuan 65.