Tahun 2024 dalam 10 Buku

Kamu mungkin menjadi salah satu dari sekian pekerja yang sempat tergoda untuk terlibat dalam momen politik, dan kemudian menjadi acuh-pesimis terhadapnya. Buku-buku berikut bisa menjadi opsi untuk memperdalam, menginvestigasi atau bahkan menjungkirbalikkan pemikiranmu. Hingga mendorongmu untuk aksi konkret yang lebih realistis dan objektif.

2024 dalam buku
  • Burnout-Society-FC
    Original price was: Rp68.000.Current price is: Rp65.960.
    3% off!

Burnout Society ditulis Byung-Chul Han untuk menggali akar dari kelelahan, stres, dan depresi di masyarakat modern. Burnout yang dialami oleh pekerja, menurut Han, tidak terjadi akibat adanya eksploitasi secara paksa dari pihak eksternal, akan tetapi dilakukan secara sukarela oleh pekerja atau disebut sebagai eksploitasi diri (self-exploitation). Dalam eksploitasi diri, para pekerja saling berlomba untuk mendisiplinkan diri dan bekerja sekeras mungkin demi mencapai kesuksesan dan pencapaian tertentu. Mereka akan menyalahkan dirinya sendiri, ketika gagal menjadi orang sukses, dan akan terus kerja, kerja, kerja—bahkan hingga kelelahan dan depresi—untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Ilan Pappé dan Noam Chomsky, dua tokoh Yahudi terkemuka dalam perjuangan pembebasan Palestina, mendiskusikan gagasan akan masa depan yang adil bagi rakyat Palestina. Mereka juga membedah simpul-simpul gerakan yang telah dilakukan komunitas internasional untuk menekan Israel dalam mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat Palestina. Salah satu yang terkenal adalah Gerakan BDS (Boycott, Divestment, Sanction).

Noam Chomsky secara luas dianggap sebagai salah seorang kritikus kebijakan luar negeri Amerika Serikat paling terkemuka di dunia. Dia telah menerbitkan banyak buku, artikel, dan esai inovatif tentang politik global, sejarah, dan linguistik. SementaraIlan Pappé adalah penulis buku terlaris The Ethnic Cleansing of Palestine: A History of Modern Palestine dan The Israel/Palestine Question.

Buku ini hadir atas inisiasi Frank Barat yang melakukan wawancara kepada dua tokoh tersebut. Barat adalah seorang aktivis hak asasi manusia dan penulis. Dia adalah Koordinator Russell Tribunal on Palestine dan Presiden Palestine Legal Action Network.

Jurnalis investigasi Lydia Cacho menelusuri jalur perdagangan manusia global, bepergian dari Meksiko ke Turki, Thailand ke Israel, Jepang ke Spanyol, untuk menguak kaitan tersembunyi jaringan perdagangan manusia ini dengan bisnis wisata dan hiburan malam, pornografi, penyelundupan narkoba dan organ tubuh, pencucian uang, bahkan terorisme. Cacho juga menggugat keras bagaimana perdagangan bebas yang digencarkan oleh negara-negara maju justru memperkuat jaringan kriminal dan perekonomian bawah tanah ini.

Buku ini berkisar tentang pemikiran Benedict Anderson perihal bahasa. Dan itu bukan hanya bahasa Indonesia, melainkan pula bahasa secara umum, terutama peran bahasa dalam kebangkitan nasionalisme, baik itu di Eropa maupun di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Filipina. Di sinilah muncul gagasan untuk menulis satu bab khusus tentang bagaimana persisnya dasar-dasar pemikiran Anderson tentang bahasa. Maka lahirlah bab berjudul “Bahasa bagi Benedict Anderson,” yang diharapkan bisa memberi arah pada tiga bab berikut yang mengembangkan lebih lanjut gagasan Anderson ini.

Reformasi 1998 merupakan episode sejarah Indonesia penting yang mengantarkan kita sampai di titik saat ini. Buku ini mengajak pembaca untuk berhenti di kalender itu, tahun dari puncak-puncak kekerasan politik yang masif.

Tidak semua brutalisme kekerasan politik itu ditampilkan di sini. Buku ini hanya menyoroti secara spesifik pada soal penculikan dan penghilangan paksa para aktivis prodemokrasi.

Buku ini adalah drama lima babak yang ceritanya terjalin lewat operasi penglipingan. Seperti halnya drama, ada babak perkenalan pemain bintang yang diikuti tampilan masalah dan alasan-alasan penculikan (lanskap politik militerisme beserta institusinya).

Lalu, disusul plot cerita yang dijalin banyak sekali tokoh pendukung; dari para jenderal hingga elite-elite politik sipil; dari korban penculikan, keluarga dari korban yang dihilangkan, hingga para bayangkara hukum yang setia menemani dan membuka pintu gelap “kapal selam” kekerasan yang membungkus wajah kemanusiaan). Drama dipungkasi dengan antiklimaks dan gamangnya ruang pengadilan militer.

Memang, sejak saat itu hidup saya banyak berubah. Prioritas hidup saya berganti. Ada banyak hal yang harus saya pikirkan dan rancang ulang. Selanjutnya, saat bulan Agustus berganti jadi September 2019, status saya pun kontan berganti. Saya beralih dari status pegawai kantoran menjadi pengurus domestik di rumah. Ada hal-hal yang tak bisa saya dapat lagi seperti sebelumnya. Saya tak bisa lagi leluasa bertemu kawan dan kenalan di luar rumah kapanpun saya mau. Buku ini merupakan kumpulan surat untuk anak dari seorang ayah yang memilih tinggal di rumah dan mengambil wilayah domestik dengan penuh sadar.

Kekerasan, perampasan, pelecehan dan eksploitasi adalah pemandangan sehari-hari di Boarding Home, sebuah panti sosial swasta tempat penampungan orang-orang yang dibuang baik oleh negara, masyarakat, maupun keluarga masing-masing. Di sanalah William Figueras berakhir, seorang penulis Kuba yang kabur ke Amerika Serikat setelah novelnya dikecam oleh pengawas sastra pemerintahan dan membuatnya jadi gila. Di tempat itu William menyaksikan, dan belakangan terseret untuk turut menjadi pelaku, kekejaman dan penindasan yang dilakukan oleh pemilik, pengelola dan bahkan penghuni panti kepada para penghuni lain yang lebih lemah. Penampungan Orang-orang Terbuang adalah sebuah kunjungan singkat ke dalam jurang terkelam kebiadaban manusia, sebuah neraka dunia di mana harapan adalah suatu kemustahilan.

Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui, negara adalah suatu entitas politik yang terdiri dari wilayah geografis, masyarakat, dan pemerintah yang memiliki kekuasaan serta kontrol penuh atas wilayah tersebut. Namun apakah kita bisa mendefinisikan ulang negara dan demokrasi secara berbeda, dan adakah kemungkinan membangun masyarakat yang Utopis? Selain itu, mungkinkah bisa kita membangun dan menjalankan ekonomi di luar ekonomi arus utama mode produksi kapitalis?

Berawal dari beberapa pertanyaan yang selalu menjadi pendiskusian kita hari ini, buku saku kumpulan materi ini lahir. Untuk edisi kali ini mencoba merangkum dari beberapa pengalaman, yang sedang dicoba dan dipraktikkan secara langsung untuk menjawab pertanyaan yang kita ajukan. Tentunya kita tidak bisa mengimplementasikan secara mentah-mentah atas pengalaman yang kita baca, karena setiap wilayah mengalami realitas yang berbeda-beda. Namun setidaknya menjadi rujukan untuk menjalani proses apa yang akan kita lakukan dan kita yakini, dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Sepak bola bukan sekadar olahraga. Sepak bola bisa menjadi alat untuk memahami seluk-beluk dunia kontemporer yang dilanda segala dampak arus globalisasi.

Apa kaitan sepak bola dengan dengan pembantaian Muslim Bosnia? Dengan budaya korupsi di Dunia Ketiga? Dengan bangkitnya sentimen-sentimen rasial dan konflik keagamaan? Dengan Zionisme maupun anti-Semitisme?

Ikutilah perjalanan jurnalis politik Franklin Foer menyusuri jagat internasional sepak bola, bertemu dengan orang pertama yang melahirkan aksi-aksi hooligan, berkumpul dengan intelektual bawah tanah Italia pendukung Inter Milan, mengamati bagaimana falsafah El Barca penting untuk memulihkan konsep nasionalisme inklusif, serta segudang penelusuran memukau lainnya yang wajib dibaca oleh setiap penggemar bola maupun pengamat isu-isu sosial-politik.

Memaparkan pemahaman akan kebenaran gagasan hidup berdampingan secara damai, mengatasi dan melawan bentrokan-bentrokan peradaban, memperkenalkan akar dan kenyataan sejarah yang menunjukkan Marxisme tidaklah punah, tapi berkembang maju sesuai dengan hukum perkembangan sejarah, yaitu tampilnya Teori Deng Xiaoping dan direalisasinya cita‐cita membangun sosialisme berciri Tiongkok, tahap permulaan sosialisme.

Open chat
Tanyakan sesuatu!
Lal Salaam!
Tanyakan sesuatu. Kami adalah manusia sungguhan.