Reading List #4 // Pembaca Perjamuan Buku

Reading List #4 // Pembaca Perjamuan Buku adalah bagian ke-4 dari seri panduan untuk kamu dan kawan-kawanmu memilih buku bacaan.

Lihat juga bagian sebelumnya pada seri ini, di Apa yang membuatmu radikal.

Yu Hua, John Steinbeck, dan Lydia Cacho

Perjamuan Buku (PB) berupaya memberikan buku-buku pilihan sebagai bacaan alternatif. Di antaranya direkomendasikan oleh para tokoh, orang-orang terdekat, hingga pembaca Perjamuan Buku (paperbuk) atau pun pembaca umum.

Membaca buku bisa sangat membosankan bahkan menjadi aktivitas yang memuakkan!

Sama halnya dengan makan. Terkadang kita sok pilih makanan. Persoalannya sepele. Kita pengin merasakan hal lain dari yang sudah-sudah. Untuk itu kita perlu mengganti menu makanan. Atau setidaknya merubah olahan makanan meskipun bahan-bahannya sama. Demikian dengan membaca buku. Terlebih buku sejarah yang, pada seri ini akan lebih banyak direkomendasikan (yah, ngebarengin bulan Agustus ini. Tapi seri ini juga sangat direkomendasikan untuk dibaca di luar bulan Agustus). Untuk itu kami akan repot-repot memberikan tips untuk kamu dalam membaca buku yang agak serius.

Oke. Pertama ketahuilah bahwa buku sejarah atau buku apa pun perlu konsentrasi. Dan semua dimulai dari bagaimana kita menempatkan penglihatan pada suatu buku. Perlu diketahui bahwa buku-buku terkadang diadaptasi ke film atau bahkan series. TIDAK! saya tidak merekomendasikan kamu menonton film lebih dulu. Tapi buatlah sendiri film itu dengan imajinasimu. Kuncinya adalah; mulai dengan fiksi. Ya fiksi sejarah. Kamu bisa mensett sendiri latar sejarah di imajinasimu lewat deskripsi sejarah. Anggaplah membaca buku fiksi sejarah sebagai hiburan. Bukan untuk mencapai suatu target atau apa pun. Tapi itu adalah rekreasi yang mahal. Yang harus repot-repot kamu dapatkan dengan waktu dan perhatian!

Tips selanjutnya, pilihlah penulis yang “bagus”. Dalam hal ini bertanggung jawab di bidangnya. Jika itu sejarah, maka baiknya pilihlah buku yang ditulis oleh sejarawan yang memiliki kredibilitas. Tidak menjilat penguasa dzalim. Tidak memiliki kepentingan pragmatis. Dan tentunya memiliki pandangan politik: oposisi terhadap sajarah yang keliru atau dibuat oleh penguasa dzalim. Kenapa demikian? Karena dari penulis itulah harapannya kamu akan dikagetkan dengan informasi baru. Kenyataan sejarah yang lain. Yang menginterogasi anggapan umum. Dan membuatmu bertanya soal gagasan mainstream terkait sejarah.

Terakhir, karena yang kamu baca adalah buku yang agaknya serius, mau tidak mau kamu harus menyiapkan catatan. Pastikan kamu memberi anotasi atau membuat catatan terpisah untuk media kamu belajar atau memanggil ulang ingatanmu setelah membaca buku. Ini sama seperti kamu susah payah pakai pisau dan garpu untuk menyantap makanan mahalmu.

Itulah tips dari kami dan berikut rekomendasi bacaan untukmu dan kawan-kawanmu:

  • Keberangkatan-FC
    Original price was: Rp89.000.Current price is: Rp87.000.
    2% off!

Novel Keberangkatan karya Nh. Dini ini pertama kali terbit pada tahun 1977. Novel ini berkisah tentang Elisa, gadis keturunan Belanda yang jatuh cinta kepada lelaki Jawa. Kisah cinta dan drama keluarga mewarnai novel yang penuh dengan pertanyaan atas jati diri dan hakikat menjadi perempuan di negeri ini. Melalui karya-karya awalnya, Nh. Dini telah membela suara perempuan dan mengemukakan pentingnya kesetaraan hak dengan kaum laki-laki. Yuk, miliki buku ini sekarang juga! Selamat membaca!

Buku Cermin Poskolonial: Membaca Kembali Sastra Hindia Belanda ini mempelajari sejarah penjajahan Belanda di Indonesia melalui sastra, dan merupakan versi pendek dari buku berbahasa Belanda De postkoloniale spiegel: De Nederlands-Indische letteren herlezen (2021) yang disunting oleh Rick Honings, Coen van ’t Veer, dan Jacqueline Bel dan diterjemahkan oleh Rhomayda A. Aimah. Dalam bunga rampai ini, para peneliti mengkaji fiksi Hindia Belanda mulai tahun 1860 hingga 2019, melalui pendekatan-pendekatan poskolonial yang antara lain menyoroti representasi penduduk lokal dan ketimpangan relasi kuasa masyarakat kolonial yang ditemukan dalam teks.

Yogyakarta, 1850. Isah adalah putri pembatik di lingkungan keraton, anak luar nikah seorang bupati yang tidak pernah mengakui ibu Isah sebagai selir resmi. Akibatnya, Isah menempati posisi sosial yang serba salah: dia berbeda dari orang awam di luar lingkungan keraton, tetapi dia juga mendapati diri berada di lapisan bawah dari hierarki ketat dunia keraton.

Dengan akal dan tekadnya yang kuat, Isah berusaha merebut takdirnya sendiri dengan kabur dan menjadi nyai seorang perwira Belanda. Namun realitas dunia kolonial ternyata juga tak seperti yang diangankan oleh impian naif masa mudanya.

Novel sejarah yang memukau tentang pencarian posisi, hasrat, dan identitas di Hindia Belanda akhir abad ke-19.

Penjajahan di Indonesia meninggalkan jejak panjang dan penuh kekerasan. Masa antara kedatangan Marsekal Daendels dan akhir Perang Jawa, yaitu antara 1808 dan 1830, adalah masa yang penuh dengan darah. Peralihan kekuasaan yang singkat dari rezim Prancis-Belanda Daendels (1808-11) ke pemerintahan Inggris di bawah Raffles (1811-16) dan pasca-1816 ketika pemerintahan jajahan Belanda kembali menguasai Nusantara diwarnai dengan pertempuran militer yang kadang sengit dan digerakkan oleh prasangka rasialis.

Masyarakat Jawa yang dipandang sebagai kaum yang “terpuruk” (dari masa keemasan-nya sebelum penjajahan) dan “terbelakang”, sudah selayaknya diberadab-kan, bukan hanya dengan cara-cara militeristik tetapi juga dengan perangkat pemerintahan jajahan yang baru. Pada masa ini, terbentuklah suatu panoptikon atau pemerintahan-Bung-Besar-Orwellian di bawah Raffles yang merancang peta tentang sumber-sumber alam dan infrastruktur Pulau Jawa. Di sisi lain, muncul juga suara-suara kritis yang mengecam praktik penjajahan, seperti disuarakan oleh seorang jurnalis dan politikus yang radikal, William Cobbett (1763-1835).

Buku Ras, Kuasa, dan Kekerasan Kolonial di Hindia Belanda karya Peter Carey dan Farish A. Noor ini merupakan kumpulan tujuh esai yang memusatkan pembahasannya pada konstruksi kolonial atas ras dan identitas, dan bagaimana pemerintahan kolonial pada awal abad ke-19 di Jawa bersandar pada teori-teori rasial untuk mengobjektifkan perbedaan ras sebagai batu penjuru yang kokoh dalam mengelola masyarakat jajahan pada abad ke-19.

Temukan daftar bacaan lainnya yang direkomendasikan dan disusun berdasarkan tren, kategori, tema hingga daftar yang secara pribadi diberikan kepada Kamu dalam Reading List.

Open chat
Tanyakan sesuatu!
Lal Salaam!
Tanyakan sesuatu. Kami adalah manusia sungguhan.