Description
Salah satu keistimewaan dari buku ini adalah komposisi kelompok yang diwawancarai. Tiga dari lima perempuan di buku ini adalah eksil generasi pertama, sedang dua lainnya termasuk generasi kedua. Gejolak di tahun 1965-66 dan waktu awal keberadaan di negeri asing oleh generasi kedua dialami dari perspektif anak, yang lalu beranjak remaja. Sementara generasi pertama mengalami masa-masa yang penuh gejolak itu dari posisi dan dengan pengetahuan orang dewasa, yang harus mengambil keputusan berdasarkan tanggung jawab khusus yang dipikulnya, antara lain sebagai orang tua.
Asal-usul lima perempuan itu juga sangat beragam, ada yang sejak lama tinggal di wilayah perkotaan, ada yang berbasis di pedesaan. Salah satu ibu sewaktu bercerita sudah berusia 97 tahun dan bukan termasuk kelompok yang pada bulan Oktober 1965 sudah berada di luar negeri. Saat peristiwa na’as, ibu ini bertempat tinggal dan bekerja di Jakarta. Dia bahkan sempat meringkuk di penjara selama 8 bulan. Karena situasinya semakin berbahaya, dengan suami yang ditahan dan bahkan pada suatu hari dipindahkan dari penjara Salemba ke Nusakambangan tanpa proses apa pun, ibu ini atas bantuan orang tuanya minggat ke Belanda untuk menyelamatkan dirinya dan anak-anaknya.
– Artien Ultrech