Description
Sejak Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat dan Inggris memiliki pandangan sama dalam hal politik pembendungan terhadap komunisme yang kenyataannya di negeri-negeri jajahan ialah anti-kolonialisme. Basis militer Singapura merupakan sesuatu yang tidak dapat digantikan bagi pertahanan Inggris menghadapi apa yang dipandang Kerajaan sebagai ancaman terbesar di kawasan Asia Tenggara yang diciptakan oleh Indonesia Sukarno dengan sejarah dan visi revolusioner anti-kolonialnya.
Dibentuknya Malaysia ditanggapi dengan kecurigaan, kemudian permusuhan oleh pemerintah Sukarno sebagai komplotan neo-kolonialisme terhadap Indonesia. Sejak bulan Januari 1965 desas-desus tentang adanya kemungkinan suatu kudeta militer untuk menjatuhkan Sukarno kian meningkat, meskipun kapan tepatnya hal itu akan terjadi belum dapat ditentukan.
Akhir kepemimpinan Sukarno terjadi pada 1 Oktober 1965, suatu harapan yang telah lama didambakan oleh kekuatan-kekuatan Barat, kurang dari dua bulan setelah berpisahnya Singapura dari Malaysia 9 Agustus 1965. Pemerintah Kerajaan Inggris mempunyai peran besar dalam melakukan subversi terhadap Republik Indonesia. Mereka mempunyai kegiatan intelijen di kawasan ini sejak masa penjajahan. Kegagalan politik CIA dalam memukul Sukarno dari pinggiran dengan cara membantu kaum pemberontak PRRI–Permesta meninggalkan medan bagi Inggris dengan reputasi strateginya yang lebih halus. Sementara itu AS juga sedang menghadapi perang Vietnam.
Bagi Inggris basis militer di Singapura akan lebih aman di bawah Lee Kuan Yew. Para pemimpin sayap kiri Singapura disapu masuk penjara, dan dengan senjata Undang-Undang Keamanan Internal (ISA) akan menjadi senjata Lee Kuan Yew untuk menghadapi segala gangguan mendatang baginya. Pemilih Lee di kalangan mayoritas penutur bahasa Tionghoa akan meningkat dengan naiknya perasaan tidak aman karena politik komunal Melayu di kalangan UMNO. Inggris menghendaki mengurangi kehadirannya di Asia Tenggara dan dapat mereka lakukan dengan digantikannya Sukarno dengan Suharto yang pro-Barat dan telah menyetujui dilakukannya genosida terhadap sekitar satu juta orang Indonesia atas nama pembasmian PKI.
Dr. Poh Soo Kai adalah salah seorang tahanan politik yang sangat dihormati di Singapura. Tokoh ini mengalami dua masa pemenjaraan di bawah undang-undang PPSO serta penggantinya ISA. Pertama kalinya ia ditangkap dan ditahan dalam Operasi Coldstore, dipenjarakan pada 2 Februari 1963 sampai 13 Desember 1972; ia dipenjarakan lagi pada 4 Juni 1976 sampai 26 Agustus 1982. Dalam buku memoar sejarah ini Poh Soo Kai memberikan gambaran lebih luas tentang Singapura setelah perang, pada saat kehidupan politik merupakan pertempuran politik berkelanjutan baginya.
Sebuah memoar sejarah, kesaksian tangan pertama, dari seorang tokoh gerakan sosialis Singapura yang belasan tahun dijebloskan ke dalam penjara oleh Lee Kuan Yew.
Para pemimpin sayap kiri Singapura disapu masuk penjara, dan dengan Undang-Undang Keamanan Internal (ISA) menjadi senjata Lee Kuan Yew untuk menghadapi segala gangguan baginya.