Description
Buku ini ditulis dengan semangat membunyikan lonceng tanda bahaya bagi jurnalisme di Indonesia. Pagar api jurnalistik (firewall)—salah satu filosofi dasar jurnalisme yang selama ini dibayangkan sebagai sekat yang membatasi ruang redaksi dan ruang bisnis dan tidak boleh diterabas siapa pun demi menjaga independensi atau objektivitas praktik jurnalisme—tengah diruntuhkan secara terang-terangan oleh desakan komersialisasi dalam industri media massa.
Fenomena ini terlihat dalam sejumlah praktik kontemporer: meluasnya keterlibatan jurnalis dalam aktivitas mencari iklan; meluasnya penggunaan advertorial yang menyamarkan iklan sebagai berita; pengukuran kinerja jurnalis dengan indikator iklan; meluasnya konsep sinergi divisi redaksi-divisi bisnis untuk mendisiplinkan jurnalis. Yang paling mengkhawatirkan, praktik-praktik yang menggerogoti pagar api jurnalistik tersebut dijalankan oleh jurnalis dengan kesadaran yang semakin bergeser bahwa mereka melakukan sesuatu yang benar dan lumrah.
Memakai pemikiran sosiologis Pierre Bourdieu mengenai arena, habitus, dan doksa, buku ini menelaah fenomena ini dengan rinci berdasarkan kasus surat kabar-surat kabar yang terbit dan beredar di Surabaya. Ia mengkaji bukan hanya kebijakan formal pemberitaan di tingkat perusahaan, melainkan juga bagaimana individu wartawan secara perorangan meresponsnya.