Description
Engkau tidak mempercayaiku, dan mengira bangunan batu itu cuma impianku, bukan? Tetapi tidakkah kita semua dicipta dari ragi-ragi mimpi? Akhirnya, fajar menyingsing, warna merah darah muncul di ufuk timur. Bintang-bintang tetap mengeras di langit yang tegang, kusam, dan satu demi satu menyusup tak terlihat. Bintang terakhir menggantungkan seutas tali ke arah kami.
“Bangunan batu” adalah metafor yang menjadi benang merah bagi berbagai kelembagaan opresif yang melatari cerita-cerita ini dan mendominasi hidup para tokohnya: penjara, rumah sakit, markas polisi dll. Kondisi keterasingan, ketakberdayaan, suara-suara eksil dan trauma perempuan—termasuk juga berbagai ragam keuletan dan kekuatan untuk bertahan—disajikan secara sastrawi dalam serangkaian gambaran alegoris hidup di tengah-tengah struktur kekuasaan yang menindas fisik maupun mental.
Review
“Aslı Erdoğan adalah penulis yang luar biasa perseptif dan sensitif yang senantiasa menghasilkan teks-teks sastra yang sempurna.”—Orhan Pamuk
“Ditulis dengan indah dan dikisahkan dengan jujur, selembut taman-taman tulip di Istanbul dan seberani hati manusia.” —Elif Shafak, penulis Empat Puluh Kaidah Cinta