
Dalam kontestasi politik Indonesia, tak ada kekuatan oposisi yang berarti. Pertarungan elite politik yang kita saksikan di media, khususnya menjelang pemilu seperti ini, pada dasarnya hanya berada pada taraf permukaan saja. Ketika waktunya tiba, mereka akan bekerjasama: membangun jaringan bisnis atau mengeksploitasi SDA atau sumber-sumber ekonomi lain.
Pemilu 2019 menjadi contoh paling menyedihkan. Sekeras-kerasnya Jokowi dan Prabowo bertarung, toh akhirnya dengan mudah mereka kembali berpelukan. Dalihnya menyejukkan: demi menjaga persatuan. Mulia sekali, bukan?
Apa yang ditunjukkan Prabowo di pemilu sebelumnya atau contoh-contoh serupa yang lain menunjukkan salah satu karakter politik Indonesia, yang cenderung berwujud kartel. Mudahnya, politik kartel adalah politik untuk meminimalisir persaingan dan kerugian, memaksimalkan keuntungan bagi kedua belah pihak, dalam hal ini elite politik.
Pertanyaannya, bagaimana politik kartel terbentuk dan berlangsung di Indonesia? Apakah fenomena ini akan tetap bertahan dan menjadi pola perpolitikan Indonesia di masa depan? Lalu, bagaimana dengan nasib kita—rakyat kere yang selalu ngos-ngosan menyambung hidup, yang tiap datang pemilu selalu jadi mainan elite politik yang mulia itu?
Di pertemuan kali ini, Rosa Social Studies akan lanjut membahas salah satu tulisan dalam buku “Oligarki: Teori dan Kritik.” Jumat nanti, giliran esai Antonius Made Tony Supriatma berjudul “Politik Indonesia: Bergerak ke Arah Kartel” yang akan diulas.
Kami tunggu kamu untuk datang dan belajar bersama di #NgajiJumatRSS. Seperti biasa, ngaji kali ini juga akan berlangsung di Perjamuan Buku, Jalan Flamboyan 01, Tulungrejo (Kampung Inggris), Pare. Dan kali ini M. N. Fitriansyah yang akan menjadi fasilitator.
또 봐요! 🫰
#perjamuanbuku #NgajiJumatRSS #bukurekomendasi #BelajarBersamaOca #ekonomipolitik #Oligarki #RosaSocialStudies #kapitalisme #krisis #socialstudies #tokobuku #pare #KampungInggris #indibookstore #indonesia #indoprogress #sosialpolitik #Kritik #politik #buruh