Description
“Nyonya Dalloway berkata, bunga-bunganya akan dia beli sendiri.” Ini merupakan kalimat pembuka paling populer dalam sastra, mahakarya Virgina Woolf yang berkisah tentang waktu, kenangan, dan Kota London.
Setelah Perang Dunia I dan pandemi flu 1918, Clarissa Dalloway, seorang perempuan elegan dan lincah, tengah menyiapkan pesta dan mengenang orang-orang terkasih. Di bagian lain London, Septimus Smith menghadapi syok berat dan di ambang ketakwarasan. Hari-hari mereka terjalin dan kehidupan mereka bertemu saat pesta yang mencapai puncak kilauannya.
Dalam novelnya ini, Woolf menyempurnakan teknik naratif stream of consciousness. Dia juga piawai merekam serta memadukan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, kesan demi kesan, menit demi menit, nuansa hidup itu sendiri.
- Dianggap sebagai tonggak kesusastraan modern.
- Memperkenalkan teknik sastra stream of consciousness yang memberi pengaruh yang luas dalam kesusastraan modern.
- Salah satu karya terpenting yang ditulis pengarang perempuan.
- Membahas tema-tema yang relevan hingga masa kini, seperti penyakit mental, perenungan eksistensial, dan feminisme.
- Pada Oktober 2005, masuk ke dalam daftar 100 novel terbaik sepanjang masa versi Majalah Times.
Review
“Virginia Woolf adalah raksasa (dalam dunia kesusastraan), dan novel keempatnya yang berjudul Mrs. Dalloway adalah salah satu puncak pencapaiannya, sebuah buku yang terus menginspirasi para penulis dan pembaca generasi berikutnya.”
—The Guardian