Description
Ida Fitri membangun dunia fiksinya berlandaskan latar Aceh yang kental—baik sejarah, mitos-mitosnya, maupun kehidupan masyarakat- nya dulu dan kini. Yang-khayali pun berbaur dengan yang-faktual, yang-historis dengan yang-imajinatif, yang-profan dengan yang-religius, menguak aneka segi kehidupan yang dijalani oleh tokoh-tokohnya— segi-segi yang dipenuhi dengan warisan kekerasan militerisme, kemunafikan, sekaligus juga ketakjuban dan ketegaran pasca-tsunami.
“Aku lahir di pedalaman Aceh. Kematian-kematian tanpa alasan di tempat asalku merupakan salah satu alasan untuk menjadi pengembara, meski tidak mudah untuk menjadi pengembara yang baik. Untuk bertahan hidup, aku harus menguasai ilmu berubah wujud, menjadi apa saja yang berada di sekitarku; misalnya: saat berada di sebuah kota yang dihuni oleh orang- orang kaya, aku harus hidup seperti orang kaya, atau paling tidak berpura-pura menjadi orang kaya dengan berpakaian seperti pakaian mereka.”