Description
Salah satu tujuan terselubung dari kepergianku ke luar negeri adalah mencari obat penawar kegalauan dunia kanak-kanakku, atau juga menjembatani dongeng Mas Moek yang seolah itu adalah pesan mendiang orang tuaku, atau itu juga dongeng hasil dari lamunan dia, sebagai pendorong semangat, bahwa Bapak atau Ibu mengharapkan anak-anaknya bisa dapat gelar di Eropa. Dan ternyata lebih sepuluh tahun kemudian sesudah bualan itu, aku benar-benar ke Eropa, walau bukan kiblat yang dianggap paling bergengsi untuk memperoleh gelar. Bagiku Soviet adalah Eropa juga. Lagipula aku beranggapan, belajar itu bukan di mana, melainkan bagaimana. Ditambah lagi, ke Eropa, atau tepatnya ke Soviet, pun belum ada jaminan bahwa aku memperoleh gelar. Bagiku yang penting berangkat dulu.
Tidak, buatku yang utama adalah cakrawala. Dan demi cakrawala itulah selalu aku mencari kesempatan merebut indah dan busuk cakrawala, melahap sajian hidup pahit-getir cakrawala, duniaku, dunia satu-satunya dan yang tak akan sama dengan milik siapa pun. Cakrawalaku adalah langkahku, dan langkahku adalah cakrawalaku. Benar-salah langkahku adalah gambaran cakrawala hidupku.
Dan dalam mencari cakrawala itu kini aku melangkah, ngluyur di lorong-lorong, jalan raya, taman, prospyekt untuk melihat, bertemu, bercinta, dan juga berdebat di Moskow, yang kuanggap sebagai cermin cakrawala Rusia, bahkan juga Soviet. Mengapa tidak? Di Moskow orang bisa mendapatkan segalanya, tapi bisa juga tidak mendapatkan apa-apa. Tergantung bagaimana orang menjalani dan menikmatinya.
Buku ini terbit untuk melengkapi buku Dari Blora ke Rusia, yang sudah lebih dulu terbit.










