Description
Sejak 1998 hingga 2007, kabupaten Poso di Sulawesi Tengah menjadi tempat berlangsungnya konflik kekerasan antar agama paling berkepanjangan di Indonesia pasca era otoriter. Meski sebelumnya tak mempunyai sejarah kekerasan, Poso akhirnya juga menjadi salah satu wilayah operasi terpenting jaringan jihadis internasional Jamaah Islamiyah.
Berdasarkan riset 10 tahun yang dijalankan bahkan pada saat konflik masih berlangsung, buku ini adalah uraian komprehensif pertama tentang konflik kekerasan di Poso. Dengan mewawancarai langsung para penyintas dan pelaku, memeriksa serta membandingkan berita-berita acara pemeriksaan kepolisian dan pengakuan-pengakuan di pengadilan, Dave McRae mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar: bagaimanakah sebuah daerah seperti Poso dapat menjadi medan perang antar agama? Bagaimana eskalasi kekerasan konflik ini bisa menyamai intensitas perang sipil, padahal hanya terjadi di satu kabupaten saja di Indonesia? Bagaimana konflik dapat terus berlanjut di tengah situasi nasional yang semakin stabil dan demokratis?
Review
“… contoh cemerlang sebuah riset yang menyeluruh dan kaya nuansa. [McRae] mencoba merekonstruksi berkembangnya kekerasan melalui wawancara dengan korban dan pelaku, berkas-berkas pengadilan serta bukti fisik lainnya. Menghadapi banyak suara dan versi cerita dari suatu kejadian, dengan konsisten ia menerapkan skeptisisme dalam dosis yang sehat terhadap isi dokumen dan jawaban wawancara, yang memungkinkannya menyusun analisis yang rinci. Bukunya menyuguhkan wawasan mendalam yang sulit diberikan oleh analisis-analisis komparatif lainnya.” — The Newsletter of International Institute for Asian Studies
“hasil dari riset selama satu dekade, buku Dave McRae menyajikan paparan gamblang dan masukan menarik tentang konflik Poso di indonesia pasca-Orde Baru. Dengan menganalisis pengorganisasian kekerasan, buku ini memberi sumbangan berharga untuk menjawab pertanyaan mendasar bagaimana kekerasan antar-agama berlangsung di Poso.” — Indonesia
“McRae mencermati bagaimana pengalaman hidup di tengah konflik mengubah dan menata kembali prioritas-prioritas para aktor sosial. Demikianlah buku ini berbeda dari beberapa kajian lain mengenai konflik komunal di indonesia pasca-suharto yang mengasumsikan secaraa priorimotivasi instrumentalis para elite politik dalam menyuburkan kekerasan. Alih-alih berfokus secara sempit pada asal-muasal terjadinya kekerasan, buku ini menganalisis perubahan bentuk dan intensitas kekerasan sepanjang periode konflik melalui pencermatan rinci atas organisasinya serta modalitas yang bergeser.” — Pacific Affairs
“… kajian sejarah komprehensif yang berbeda dari laporan- laporan lainnya mengenai Poso, termasuk laporan Komnas HAM dan Komnas Perempuan. Buku ini akan menjadi sumber berharga bagi pembaca yang mencari pemahaman lebih dalam tentang konflik Poso dan para pelakunya.” — Bulletin of Indonesian Economic Studies