Ratapan Dunia Ketiga dan Secercah Sinar

Ratapan Dunia Ketiga dan Secercah sinar

Belakangan ini kita disuguhkan banyak berita yang mengoyak-ngoyak emosi. Mulai berita-berita mengenai kelangkaan minyak goreng, pelecehan seksual dengan dalih transfer ilmu, pria yang bernampilan layaknya sedang cosplay melakukan masturbasi di KRL (kereta rel listrik) tanpa rasa takut dan malu, hingga potensi perang dunia ketiga yang sampai-sampai mengharuskan Presiden Jokowi turun tangan sendiri berkunjung ke Rusia dan Ukraina demi mewujudkan perdamaian dunia.

Uksutkak A. C. merupakan anak seorang peternak yang sehari-hari menjaga hewan namun jarang makan daging.

Selain dikarenakan kunjungan ini, Putin yang merupakan mantan anggota Badan Intelijen Uni Soviet (KGB) membuat saya semakin penasaran dengan sosoknya, bagaimana bahasa tubuhnya saat menerima tamu dan pidatonya yang membius. Melalui surfing di internet saya juga menemukan sebuah video yang menunjukan kedekatannya dengan anak-anak kecil yang sedang dalam perawatan di rumah sakit, melontarkan beberapa pertanyaan kepada mereka, dan seringkali mengundangnya ke istana kremlin.

Membicarakan Putin tidak bisa tidak membahas Rusia dan, membahas Rusia tidak bisa dengan cara mengabaikan Uni Soviet. Pasca runtuhnya Soviet, orang-orang menganggap kapitalisme sebagai sistem yang mutlak, namun krisis abad 21 menunjukan hal lain bahwa cita-cita sosialisme tidak berakhir dengan Uni Soviet. Buku yang ditulis oleh Vijay Prashad dengan judul Bintang Merah Menerangi Dunia Ketiga ini menyuguhkan penelusuran sejarah dengan gaya sastrawi.

Vijay Prashad adalah seorang sejarawan, jurnalis, dan intelektual Marxis dari India. Menjabat sebagai direktur eksekutif Tricontinental: Institute for Social Research dan pemimpin redaksi penerbit Left Word Books. Bintang Merah Menerangi Dunia Ketiga, terbit pertama kali di India dengan judul Red Star Over the Third World, pada peringatan 100 tahun Revolusi Oktober.

Revolusi yang Membangkitkan Hasrat

Kapitalisme berhasil membangun peradaban yang begitu pesat dalam sejarah umat manusia, gemerlap lampu malam hari yang semakin menerangi bumi waktu demi waktu menjadi salah satu contoh sederhananya. Sosialisme sebagai paham, gerakan, hingga modus produksi yang kontras dengannya telah menyebar luas di seluruh penjuru dunia. Semakin menguatnya kapitalisme, semakin meluas pula sebaran sosialisme. Kontradiksi internal dalam diri kapitalisme, mendorong individu bahkan kelompok untuk mencari alternatif yang memungkinkan.

Perdebatan-perdebatan dalam gerakan anti penindasan dan gerakan massa sangat mudah dijumpai bahkan jauh sebelum kapitalisme lahir. Namun, perdebatan-perdebatan tersebut mayoritas bersifat utopis dengan kecenderungan, a) Idealis; b) Upaya transformasi yang abstrak dan bahkan tidak adanya upaya transformatif; c) Penekanan pada moralitas; perkara pantas atau tidak dan seberapa layak secara sosial. Sedangkan, Kapitalisme dalam rupa penindasannya pada buruh tidak akan selesai begitu saja, bahkan jika seorang Elon Musk berhenti menjadi pemodal. Kerusakan alam yang diakibatkan kapitalisme tidak lantas selesai hanya karena satu, dua, atau tiga perusahaan mengaku sadar bahwa mereka tidak mematuhi kaidah-kaidah green manufacturing, lalu dihantui rasa bersalah, dan mulai rajin ibadah. Sungguh kapitalisme belumlah berakhir.

Berseberangan dengan utopia dan perangainya. Teori yang kontras dengan kapitalisme menjadi ilmiah ketika diletakkan pada pondasi yang riil, yang tidak terlepas dari kondisi historis. Pembuktian dari teori yang saintifik, terwujud pada 1917 dengan berdirinya Uni Soviet. Eksperimen-eksperimen sosial telah menemukan satu titik terang, tatanan masyarakat alternatif itu bisa diwujudkan. Revolusi oktober terus menjadi inspirasi rakyat di berbagai belahan dunia baik di selatan dan tak jarang di utara. Buku karya Vijay Prashad ini bertujuan menjelaskan pengaruh dan jangkauan dari revolusi oktober bagi negara-negara tertindas dan terjajah di asia, afrika, dan amerika selatan.

Hasrat yang Akhirnya Konkret

Pada awal bab pertama buku ini, Vijay mengelaborasikan bagaimana barat memanfaatkan dunia timur dalam peradaban politiknya. Kekuatan-kekuatan imperialis eropa menjadi kaya terutama dengan mengeruk koloni-koloni di timur, tapi pada saat yang sama mereka mempersenjatai koloni mereka dengan mengajarinya berperang, dan dengan itu barat sedang menggali kuburannya sendiri di timur (hal 10). Dua bab berikut memuat anjuran dan cerita yang sangat penting dan bisa disebut sebagai intisari dari buku ini. Kondisi ekonomi politik di sekitaran revolusi oktober dan anjuran bagi negara-negara dunia ketiga untuk mengikuti jejak bangsa Rusia. Penulis dengan bahasanya yang tajam dan bernas, mengikuti lintasan sejarah mencoba meyakinkan pembaca bahwa semangat dari revolusi belumlah hancur melainkan masih hidup, bahkan setelah kolapsnya Uni Soviet dan Eropa Timur.

Pada bab 5 dari buku ini, Vijay memberikan pemaparan bagaimana pentingnya kaum tani dalam pengklasifikasian sebagai agen sejarah. Pembacaan yang kaku dan ortodoks menghasilkan asumsi bahwa agen sejarah pastilah buruh-buruh industri dalam serikat buruh. serikat pekerja itu penting, tetapi juga bisa mempersempit perspektif kaum buruh, membuat mereka sibuk bertempur hanya untuk meminta naik gaji dan memperbaiki kondisi kerja. Yang diperlukan adalah memperluas kesadaran kaum buruh dan proletar tani agar melihat perjuangan ini sebagai satu perjuangan demi keseluruhan manusia (hal. 49).

Revolusi Oktober yang dimulai di St. Petersburg dan Moskow menyebar ke Asia, dari Kazakhstan, Cina, hingga Indonesia. Hari ini negara dengan ideologi komunis di Asia adalah Vietnam dan Cina. di Vietnam sendiri komunisme melekat dengan nama Ho Chi Minh, lelaki yang sempat terinspirasi oleh meletusnya revolusi Oktober walaupun beberapa tahun sebelumnya sempat kesulitan membaca Das Kapital dan menjadikannya bantal. Di Amerika Latin, peranan Soviet menjadi sangat signifikan, terutama di masa-masa awal revolusi. Demi bertahan dari gempuran embargo Amerika, negara yang konon dicurigai sebagai negara paling demokratis dan menghadirkan perdamaian di mana-mana, Soviet menjadi sekutu dagang yang penting bagi Kuba, seperti apa yang dikatan Che sebagai perdagangan melalui pembentukan harga yang bersahabat.

Penutup

Sosialisme adalah perubahan total dalam kehidupan rakyat: inilah poin penting yang diutarakan bukan hanya oleh Castro tetapi oleh pengalaman revolusi Kuba (hal. 136). Hari-hari ini sekalipun Uni Soviet telah runtuh, di berbagai belahan dunia bendera merah (baca: ketertarikan pada sosialisme) tumbuh dan mengangkasa. Kekeliruan pada setiap eksperimen sosial menjadi wajar, impian akan sosialisme tetap bugar. Buku ini bisa menjadi salah satu rujukan baik, dengan bahasanya yang ringan, sekalipun dalam beberapa kejadian tidak dijelaskan mendetail, buku ini tetap bisa menjadi sahabat yang baik bagi marxis pemula.

Buku terkait:

Mulai percakapan
Hai PAPERBUK!
Ada yang bisa kami bantu?

Kami adalah manusia sungguhan, coba hubungi kami!