Description
“Yang diteriakkan oleh penulis kerap menjadi apa yang dipercayai orang-orang. Mene adalah orang sakti, tukang sihir, yang membunuh dua ksatria dalam satu loncatan, begitu orang-orang berpikir. Orang-orang berdatangan. Menemukan Mene berdiri di antara dua mayat orang terhormat.
Mene menendang leher si ksatria: hampir saja ia kena cambuk. Ditengoknya wajah si kulit putih dan diludahinya. Wajah orang dungu tak bermoral yang tak henti menatap dadanya dan mencoba menyentuh tubuhnya. Ia yakin, tak lama lagi perempuan-perempuan Timor harus menutup dadanya hanya untuk melindungi diri dari laki-laki yang cepat bernafsu seperti orang kulit putih itu.”
Kisah-kisah di buku ini memperlihatkan kepada kita bagaimana kuasa bekerja dan bagaimana kekerasan dan kuasa dengan K besar bisa menjangkau sudut-sudut kehidupan paling pribadi. Pembaca bisa melihatnya bercerita tentang penjajahan, perang, kekerasan seksual, adat dan norma sosial, tapi ia juga bisa dibaca sebagai orang-orang menjalani kesehariannya, memiliki cinta dan mimpi, bersiasat dengan hal-hal yang menimpa mereka. Seperti biasa, Felix K. Nesi memberikan kita gambaran mengenai Timor tanpa pretensi romantik dan mengeksotikkan diri.