Baca sejarah Indonesia!

Dapatkan potongan 7% lebih untuk buku-buku bertema sejarah Indonesia

BACA-SEJARAH-INDONESIA

Bahwa manusia tidak belajar banyak dari pelajaran sejarah adalah yang terpenting dari semua pelajaran sejarah.
—Aldous Leonard Huxley

Membaca sejarah merupakan hal yang penting sepanjang sejarah manusia itu sendiri. Jika Anda telah membaca banyak buku sejarah namun tidak mendapati jawaban atas berbagai persoalan atau kondisi yang ada hari ini. Solusinya bukanlah menambah volume/jumlah bacaan Anda. Tapi mengganti buku dan sudut pandang buku bacaan.

Di sini kami telah membuat daftar buku pilihan tentang sejarah Indonesia. Mereka dikurasi dan dipilih secara pribadi untuk tidak Anda lewatkan.

Hingga akhir Agustus 2023, dapatkan potongan menarik hingga 7% untuk seluruh buku dalam tema sejarah Indonesia.

Buku ini berisi tiga narasi yang ditulis oleh orang pergerakan. Terutama mereka yang menjadi bagian dari gerakan-gerakan lokal dalam perlawanan terhadap pendudukan Jepang, sekaligus, juga bagian dari gerakan di bawah tanah dari sebuah partai yang menjadi musuh dalam setiap zaman. Seperti diketaui zaman pendudukan Jepang diakui oleh para sejarawan sebagai penggalan sejarah yang sedikit mempunyai sumber tertulis, baik itu berupa dokumen, memoar, atau laporan- laporan sezaman.

“hasil dari riset selama satu dekade, buku Dave McRae menyajikan paparan gamblang dan masukan menarik tentang konflik Poso di indonesia pasca-Orde Baru. Dengan menganalisis pengorganisasian kekerasan, buku ini memberi sumbangan berharga untuk menjawab pertanyaan mendasar bagaimana kekerasan antar-agama berlangsung di Poso.”
Indonesia

Walaupun menggabungkan ideologi dan agama secara terus dilihat sebagai satu usaha yang rencam, namun jelas perjuangan Misbach ini tidak lain hanyalah untuk masyarakatnya sedar bahayanya kapitalisme. Serta kapitalisme jelas membunuh masyarakatnya.
–Wan Khuzairey, goodreads.com

Di balik hingar bingar Peringatan ke-60 Tahun KAA Tahun 2015 ada banyak peristiwa sejarah. Ribuan warga Kota Bandung, mulai dari usia dini, remaja, hingga lanjut usia bergemuruh mengumandangkan gema Dasasila Bandung. Setiap warga mempunyai caranya tersendiri untuk menghormati lahirnya nilai-nilai luhur Dasasia Bandung.

Buku ini telah merekam dengan baik semua peristiwa di balik layar itu. Tak hanya mengabadikan peristiwa sejarah, namun lebih dari itu Komunitas Aleut! telah melestarikan ruh gotong royong warga Kota Bandung yang masih terus menyala-nyala. Gotong royong adalah ruh kreatif Konferensi Asia-Afrika.

Cora Vreede-de Stuers telah mempelajari pergerakan perempuan Indonesia dengan cara yang berbeda, ia merefleksikan hubungannya dengan berbagai pergerakan perempuan, ideologi politik sezaman, dan masalah-masalah penting untuk memahami Indonesia.
– Elizabeth Martyn dalam The Women’s Movement in Postcolonial Indonesia

Cora Vreede-de Stuers telah mempelajari pergerakan perempuan Indonesia dengan cara yang berbeda, ia merefleksikan hubungannya dengan berbagai pergerakan perempuan, ideologi politik sezaman, dan masalah-masalah penting untuk memahami Indonesia.
– Elizabeth Martyn dalam The Women’s Movement in Postcolonial Indonesia

“Cornelis van Vollenhoven mengkritik rencana penguasa kolonial menghadirkan legislasi yang memperluas penetrasi kapitalisme agraria di tanah jajahan. Melalui penelitian sistematis dan keberpihakan terhadap penduduk pribumi yang malang, pada masanya van Vollenhoven membangun fondasi yang kokoh mengenai pentingnya melindungi otonomi komunitas lokal mengurus tanahnya sendiri. Buku yang penting dibaca oleh aktivis, peneliti, dan scholarly-activist yang bergumul dengan kebijakan dan gerakan agraria.”
Yance Arizona, mahasiswa doktoral di Van Vollenhoven Institute, Leiden University, Belanda

Pak Siauw selama dalam penjara menjadi ilmuwan sosial, mewawancarai berbagai tahanan dan melakukan analisa sekitar Peristiwa G30S. Catatan-catatan, kumpulan cerita yang didapatkan Pak Siauw dalam penjara Salemba, RTM, dan Nirbaya dari wawancara dengan para tahanan di situ, ternyata menjadi bahan dasar dari tulisan John Roosa dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal. Karena catatan-catatan dan cerita-cerita dari percakapan para tahanan yang diwawancarai itu merupakan bahan yang lengkap dan meyakinkan, mengungkap banyak hal, termasuk Biro Khusus, siapa saja yang berperan di situ
—Asvi Warman Adam

“Buku Perhimpunan Indonesia memberi penjelasan yang lengkap mengenai aktivitas organisasi Perhimpunan Indonesia di masa puncaknya. Penelitian mendalam yang dilakukan oleh Ingleson dengan mendasarkan argumen-argumennya pada koleksi arsip-arsip berharga yang ditambah dengan sejumlah wawancara dengan pihak- pihak terkait dengan itu menghasilkan studi yang jelas dan mendalam atas organisasi tersebut.”Akira Nagazumi, sejarawan dan penulis buku The Dawn of Indonesian Nationalism: The early years of the Budi Utomo, 1908-1918 (Tokyo, Institute of Developing Economies, 1972).

Buku ini adalah terjemahan dari serangkaian artikel yang pernah ditulis Residen Madiun Dr Lucien Adam (1890–1974; menjabat 1934–38) pada 1938 hingga 1940. Artikel-artikel tersebut mengandung informasi penting sejarah Madiun Raya sejak abad ke-10 hingga 19. Kini, wilayah Madiun Raya telah menjadi berbagai kota dan kabupaten, yaitu Madiun, Caruban, Ponorogo, Pacitan, Ngawi, dan Magetan.

Di dalamnya, pembaca dapat menemukan narasi tentang posisi penting wilayah ini pada periode Hindu-Buddha pra-1500, transisi menuju Islam pada abad ke-16 yang diwarnai perseteruan tokoh lokal dan pembawa ajaran agama baru tersebut, pengaruh berbagai konflik keraton Jawa tengah-selatan kepada daerah yang relatif terisolasi ini, perkembangan wilayah-wilayah bebas pajak—terutama di Madiun dan Ponorogo—yang berperan penting sebagai pusat studi Islam di Jawa, hingga pengaruh Perang Jawa (1825–30) yang secara tidak sengaja telah menguak runyamnya percaturan politik antarbupati di Madiun Raya.

Sejarah Revolusi Indonesia dipenuhi penggambaran perang revolusi sebagai perang nasionalistis atau berbasis kelas. Dalam kajian besar ini, Kevin W. Fogg meninjau ulang Revolusi Indonesia (1945-1949) sebagai perjuangan umat Islam. Dalam spirit keagamaan inilah, kaum Muslim taat—yang jumlahnya hampir separuh populasi—berperang. Mereka teryakinkan dengan seruan jihad dari ulama dan kiai bahwa mereka sedang menjalankan perang sabil melawan kaum kafir penjajah.

Namun di kancah politik, para pemimpin nasional mengesampingkan unsur Islam ketika mereka merumuskan dokumen-dokumen pendirian Indonesia. Dengan cara itu, mereka menciptakan preseden revolusi yang terus berdampak pada negara sampai saat ini. Studi tentang perang anti-penjajah negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia ini menunjukkan bagaimana Islam berfungsi sebagai ideologi revolusi pada era modern.

“Buku ini mencatat periode diterapkannya program depolitisasi masyarakat Indonesia yang dilakukan Orde Baru secara serius tetapi konyol.” Bisnis Indonesia

“Buku ini menjelaskan bagaimana kekuasaan Orde Baru menghegemoni pemaknaan dan pemahaman terhadap apa pun. Bahkan untuk urusan yang, mestinya, tidak dihubungkan dengan masalah kenegaraan dan adat kesopanan.” Radar Surabaya

Perdebatan dasar negara antara golongan Islam dan golongan Nasionalis Netral Agama sama tuanya dengan umur Republik Indonesia. Perdebatan tersebut kembali mencuat saat pidato Presiden Sukarno di Amuntai pada 27 Januari 1953. Membuat beberapa kalangan, terutama Islam, mempersoalkan pidato tersebut. Buku Menyulut Api di Padang Ilalang ini meneroka beragam protes yang dilancarkan berbagai pihak di beberapa media massa kala itu dan menghadirkan beberapa aktor yang pernah hadir langsung saat pidato akbar Sukarno yang terkenal itu.

Belakangan ini nama Samin Surosentiko sedang menjadi topik perbincangan hangat di masyarakat. Bahkan sang tokoh sedang digadang-gadang untuk ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Para pengikut ajaran Samin yang dikenal sebagai Sedulur Sikep pun tersebar di beberapa daerah seperti Blora, Bojonegoro, Rembang, dan Pati. Kalau dulu orang dilarang untuk meneliti suku Samin, sekarang ketika zaman sudah berubah mulai banyak orang menelitinya seperti dari Perancis, Belanda, Jepang, dll dan bahkan sudah ada Doktor yang meniliti khusus tentang Samin.

Namun, siapa yang menyangka kalau novel yang menceritakan tentang Samin sudah ada sejak lima puluh tahun silam. Buku itu berjudul Dunia Samin namun karena situasi dan kondisi zamannya, maka judul buku itu berubah menjadi Suka Duka si Pandir yang diterbitkan oleh N.V. Nusantara pada tahun 1963. Adalah Soesilo Toer, orang pertama yang menulis buku novel tentang Samin.

Di Rusia, ia mengajari para mahasiswa Rusia untuk memahami sastra klasik Indonesia. Sebaliknya ketika di Indonesia, ia mengajarkan kepada para mahasiswa Indonesia untuk memahami dan merasakan lebih dalam tentang Rusia melalui karya sastra dan film.
Anna Shaposhnikova
Wakil Direktur Pusat Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Rusia, Jakarta

Mengenal Orde Baru utamanya ditujukan bagi generasi muda yang memiliki jarak historis dengan Orde Baru. Disusun dalam bentuk ensiklopedis yang mencakup 167 entri, buku ini serupa kamus yang mendedah kata-kata kunci pembentuk Orde Baru: lembaga pemerintahan, organisasi masyarakat, kelembagaan ABRI, nama-nama penting di lingkar kekuasaan, kebijakan, tragedi kemanusiaan, istilah-istilah khas Orba untuk stigma atau penghalusan makna. Sebuah buku yang berguna untuk menelanjangi kekuasaan.

Asia Tenggara memiliki sejarah gerakan kiri yang panjang dan kaya. Gerakan kiri dan para aktivisnya ini berjuang melawan kolonialisme, berkontribusi bagi kemerdekaan dan pembangunan negeri, dan meng­hadirkan perubahan dalam konfigurasi politik di kawa­san. Walau kontribusi sosial-politik para aktivis kiri ini telah banyak diteliti, tetapi karya-karya tulis mereka belum banyak dikaji. Buku ini mengulas sejumlah karya dari sosok-sosok yang pernah aktif dalam gerakan kiri di Asia Tenggara sebagai cara untuk memikirkan kembali kemajuan politik dan identitas nasional di luar sejarah resmi negara-negara.

Buku ini adalah memoar penulis sebagai saksi mata sejarah dan pelaku melawan kekuasaan rezim Soeharto, sebuah catatan sejarah pahit getir kehidupan suatu generasi menyaksikan betapa sengit perjuangan melawan persekusi politik yang ganas, dan bagaimana mereka melalui segala kesulitan dan penderitaan di masa lalu itu.
Jejak perjalanan sejarah yang sangat penting di mana warga Tionghoa, dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, telah terlibat dalam perjuangan gagah berani demi keadilan.

“Buku ini sepantasnya mendapat tempat sebagai sejarah unggulan Indonesia tentang masa itu, membekali kita dengan pemahaman menyeluruh atas perjalanan Indonesia di masa pembentukannya.”
-Howard M. Federspiel, Profesor Emeritus di Ohio State University, Amerika Serikat

“Buku yang memukau […] Shiraishi berhasil menerjemahkan data empiris penting terkait perjuangan emansipasi menjadi drama sejarah. Kemunculan awal kesadaran nasional serta aksi dan protes anti-kolonial dihidupkan melalui sejumlah kisah hidup dan pengalaman beberapa tokoh perintis.” — Fritjof Tichelman

“Buku yang penting, bukan hanya bagi ahli-ahli Asia Tenggara, tetapi juga bagi studi perbandingan tentang perubahan ideologi […] Shiraishi dengan gamblang memper- lihatkan bagaimana ideologi pergerakan kemerdekaan itu lahir dari pengalaman dan pikiran orang biasa.” — Ruth McVey

Sedang Diskon

Temukan buku-buku lainnya dalam tema Sejarah Indonesia di sini.

Ketersediaan dan Pengiriman

Selama periode penjualan, terkadang beberapa stok buku kami tidak tersedia, sementara data buku di dalam website kami belum diperbarui (update). Kami akan menghubungi Anda jika terkena dampaknya.

Kebijakan PROMO

Diskon 7% untuk semua buku bertema Sejarah Indonesia hanya berlaku bagi pembelian melalui website.
Diskon 7% akan berakhir pada 23.59 WIB 31 Januari 2023.

Mulai percakapan
Hai PAPERBUK!
Ada yang bisa kami bantu?

Kami adalah manusia sungguhan, coba hubungi kami!